Tingginya jumlah perawat di Jawa Timur yang terpapar virus Covid-19 belum sebanding dengan janji tunjangan atau insentif dari pemerintah.
- Klaster Keluarga Mendominasi Kasus Baru Covid-19, Ketua DPRD Jatim Sarankan Pemerintah Ubah Pola Vaksinasi
- Di Depan Megawati hingga Menkes, Wali Kota Eri Beberkan Penanganan Stunting yang Terendah Nasional
- Studi: Kenker Di Usia Produktif Meningkat
Dari data yang disampaikan DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jatim, tidak semua perawat telah menerima instensif yang dijanjikan pemerintah.
"Baru sekitar 10 sampai 20 persen yang menerima," kata Ketua DPW PPNI Jatim, Prof Nursalam saat dikonfirmasi Kantor Berita RMOLJatim, Kamis (2/7).
Dijelaskan Nursalam, Tingginya jumlah pasien yang terpapar virus corona di rumah sakit menjadi beban berat bagi perawat yang menjadikan imunitas turun dan mudah tertular.
"Apalagi seorang perawat beresiko lebih tinggi karena perawat harus kontak dengan pasien 24 jam," jelasnya.
Untuk itu, lanjut Nursalam, pemerintah harus menjamin tes Swab atau PCR secara berkala pada perawat di Jatim termasuk penyediaan APD, Nutrisi dan Vitamin.
"Hingga awal Juli ini sudah 146 perawat terinfeksi covid nine teen, 11 diantaranya meninggal dunia," tandas Nursalam.
Diketahui, Surabaya masih menjadi peringkat pertama jumlah perawat yang terpapar virus corona. Dari 146 perawat, 63 diantaranya dari Surabaya sedangkan sisanya tersebar di 12 Kabupaten di Jatim diantaranya Sidoarjo, Malang, Kediri, Probolinggo, Situbondo, Tulungagung, Jombang, Madiun dan empat Kabupaten di pulau Madura.
- Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19, Wali Kota Eri Gelar Swab Hunter Serentak di 31 Kecamatan se-Surabaya
- Dinkes Kediri Siapkan Infrastruktur Untuk Penderita Hepatitis Akut
- Breast Cancer Charity Day Tumbuhkan Kesadaran Individu dan Keluarga untuk Deteksi Dini Kanker