Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang minus 5,32 persen di kuartal II 2020 disebabkan oleh kinerja pemerintah. Ini lantaran belanja pemerintah yang masih rendah di saat dibutuhkan.
- Ganjar: Modal Sumber Daya Alam Bisa Jadikan Indonesia Penguasa Pasar di Tengah Resesi
- Apindo Ingatkan Pemerintah Waspadai Resesi Tahun 2023
- Jokowi Yakin Kerjasama ASEAN Plus Three Mampu Hadapi Krisis
Begitu kata peneliti dari Institute for Development of
Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira menanggapi rilis dari
Badan Pusat Statistik (BPS) soal pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
kuartal II yang mengalami kontraksi sebesar 5,32 persen.
Menurut Bhima, hal itu terjadi dikarenakan pemerintah hanya gembar-gembor soal stimulus pemulihan ekonomi. Namun faktanya penyerapan anggaran Corona sangat minim.
"Yang menyebabkan resesi adalah pemerintah sendiri. Ini terbukti dari rendahnya belanja pemerintah justru di saat paling dibutuhkan. Pemerintah gembar gembor stimulus, tapi faktanya realisasi sangat rendah," ujar Bhima Yudhistira dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (6/8).
Bhima pun mencatat pada kuartal II ini, belanja pemerintah tumbuh minus 6,9 persen dari tahun sebelumnya yang lebih rendah dari konsumsi rumah tangga yang minus 5,51 persen.
"Artinya yang buat pertumbuhan turun tajam adalah pemerintah sendiri dengan rem realisasi anggaran," kata Bhima.
- Ganjar: Modal Sumber Daya Alam Bisa Jadikan Indonesia Penguasa Pasar di Tengah Resesi
- Apindo Ingatkan Pemerintah Waspadai Resesi Tahun 2023
- Jokowi Yakin Kerjasama ASEAN Plus Three Mampu Hadapi Krisis