Upaya Industri Pengolahan Udang di Situbondo Perbesar Pasar Domestik

Grand Launching Ebinoya di JW Marriott Hotel Surabaya/RMOLJatim
Grand Launching Ebinoya di JW Marriott Hotel Surabaya/RMOLJatim

Industri pengolahan udang di Situbondo, Jawa Timur (Jatim) berupaya memperbesar pasar domestik yang saat ini masih dibawah 5 persen. Salah satu langkah yang dilakukan PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP) dengan mengembangkan produk bernilai tambah.


"Selama ini perseroan memang terkonsentrasi pada pasar ekspor terutama Amerika Serikat dan Jepang yang memiliki demand sangat tinggi khususnya untuk suplai kebutuhan hotel dan restoran. Namun dengan kondisi pandemi seperti sekarang permintaan pasokan udang untuk restoran ini menurun, tetapi ternyata permintaan pasar ritel, khususnya produk diversifikasi atau value added malah naik karena banyak keluarga yang memilih untuk memasak sendiri di rumah,” kata Direktur Utama PMMP, Martinus Soesilo dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Selasa (26/1).

Martinus menjelaskan, perseroan ingin mengubah fokus juga terhadap produk value added atau bernilai tambah mengingat secara persaingan di pasar domestik belum banyak dibandingkan pabrik untuk produksi udang mentah.

“Untuk produk bernilai tambah juga kita pelan-pelan karena pasar di sini tidak seperti di AS dan Jepang, karena kalau di Indonesia memang konsumsi tertinggi masih produk ikan,” imbuhnya.

Perseroan memperluas ekspansi bisnis di pasar domestik melalui brand dengan nama Ebinoya.

Ebinoya sendiri telah merilis dan mendistribusikan beberapa varian produk Value Added, seperti Ebi Furai, Butterfly Ebi Furai, dan Shrimp Popcorn, yang merupakan frozen and ready-to-cook shrimp dan telah dipasarkan pada segmen retailer. Selain itu, untuk segmen restoran dan food services, Ebinoya juga telah memasok beberapa varian produk Value Added lainnya, seperti Sushi Ebi yang merupakan ready-to-eat shrimp. 

Hal ini menjadi bentuk penerapan strategi bisnis PMMP dalam meningkatkan volume penjualan produk Value Added selain yang telah dipasarkan di pasar utama PMMP yakni USA dan Jepang hingga kini memasuki pasar domestik Indonesia. 

Peluncuran Ebinoya juga merupakan bentuk dari kesiapan Perseroan dalam menangkap potensi peningkatan permintaan pasar domestik ke depannya.

Sebagai bentuk strategi untuk memperluas pangsa pasar domestik, Ebinoya telah menekan kontrak kerjasama dengan beberapa retailers di Indonesia, diantaranya LotteMart, Aeon, Papaya Surabaya, Yogya Group, Meat Mart Bali, Frestive Bali, dan Smarco Medan. Selain itu, pada segmen restoran dan foodservice, Ebinoya juga telah memasok beberapa nama restoran, seperti HokBen, Sushi Tei Surabaya, ThaiStreet Surabaya, dan Das Bistro – Soesjach Bali. 

Dalam memasarkan dan mendistribusikan produknya, kini Ebinoya telah bekerjasama dengan total 7 retailers yang kedepannya diyakini akan terus bertambah sejalan dengan rencana ekspansi bisnis Perseroan. Selain itu, Ebinoya sendiri juga sudah mulai dipasarkan melalui platform e-commerce, sejalan dengan perkembangan teknologi digital di Indonesia.

“Melalui ekspansi bisnis ini, kami berharap dapat melakuan penetrasi pasar lokal yang sebelumnya belum kami explore. Dengan potensi pasar lokal yang masih sangat besar, PMMP berharap melalui strategi ini dapat meningkatkan pendapatan usaha Perseroan kedepannya.” terangnya.

Martinus menambahkan saat ini kapasitas produksi perseroan mencapai 25.000 ton/tahun. Rencananya produk diversifikasi atau udang siap goreng bermerek Ebinoya ini akan memiliki kapasitas sekitar 1/3 dari total kapasitas yang dimiliki.

Dalam kesempatan yang sama, Head of Investor Relation and Corporate Secretary PMMP, Christian Jonathan Sutanto, menambahkan perseroan sendiri juga berencana meningkatkan kapasitas produksi pabrik dengan target memiliki total 9 pabrik. Saat ini sudah ada 7 pabrik dengan total kapasitas 25.000 ton/tahun.

Rencananya pabrik ke-8 akan rampung pada tahun ini dengan investasi Rp75 miliar, sedangkan pabrik ke-9 dimulai tahun depan dengan investasi sekitar Rp 150 miliar. 

Seluruh pabriknya berada di Situbondo dengan total lahan yang dimiliki saat ini 17 ha tetapi baru tergarap 9 ha. Investasi pabrik ke-8 ini dibangun dari dana IPO 2020 yang didapat Rp 110 miliar, selanjutnya pabrik ke-9 akan cari investasi dari utang ataupun obligasi.

“Harapannya 2023 kapasitas produksi total kita bisa mencapai 33.000 - 35.000 ton/tahun, ini juga sejalan dengan upaya kami untuk membuka pasar ekspor baru di negara-negara Uni Eropa,” imbuhnya.

Adapun di tengah pandemi perseroan tetap mencatatkan kinerja penjualan positif. Hingga Juni 2020, penjualan mencapai US$83,3 juta atau naik sebesar 12,6 persen (Yoy). Sedangkan laba bersih tercatat US$5,3 juta atau naik sebesar US$4,6 juta atau 630 persen dibanding Juni 2019 sebesar US$0,7 juta.

Sementara kinerja penjualan segmen varian value added mengalami kenaikan volume penjualan sebesar 66,4 persen dari 1.073 ton menjadi 1.786 ton pada Juni 2020, atau setara US$13,3 juta.