Pola Rekruitmen Teroris Sasar Milenial dan Lebih Terbuka di Ruang Publik

Pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas NH Kertopati/Net
Pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas NH Kertopati/Net

Pola rekrutmen pelaku terorisme sudah dilakukan secara terbuka dan menyasar kaum milenial. 


Demikian kata pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas NH Kertopati kepada wartawan, Rabu (31/3).

"Pola rekrutmen (teroris) saat ini berkembang menjadi lebih terbuka menggunakan ruang publik seperti sekolah kampus, perkumpulan agama, dan lain-lain,” kata Nining dilansir Kantor Berita Politik RMOL.

Menurut Nining, sapaan Susaningtyas, kebanyakan milenial masih mencari jati diri dan mengikuti arah pihak yang paling berpengaruh. Sangat sedikit dari usia milenial memiliki karakter yang kuat, sehingga mudah dipengaruhi hal-hal yang melawan negara.

Oleh karenanya, ia menilai milenial perlu bersikap kritis jika menyangkut hal-hal terkait pilihan hidupnya.

"Kritis itu tentu bila menyangkut hal terkait dengan pilihan hidupnya. Bila salah ajaran, maka kritis itu muncul justru sebagai anti ideologi negara," ujarnya.

Nuning berpesan kepada milenial agar bijak memilih pergaulan dan menghindari kelompok garis keras. Sedangkan penegak hukum harus bisa membaca penetrasi ideologi yang dinormalisasikan sehingga menciptakan enabling environment bagi kelompok teroris untuk melakukan rekrutmen, kaderisasi, dan mendapatkan dukungan dana dan politik.

"Hati-hati saat ini proses enabling environtment marak, sehingga yang tidak wajar terasa wajar atau normal,” imbuhnya.

Meski rekrutmen juga dilakukan tertutup, kata Nining, ada ruang-ruang publik yang dipakai dalam proses penjaringan seperti sekolah, kampus, dan media sosial. Hal inilah yang patut diantisipasi pemerintah dan masyarakat itu sendiri dalam menghindari kaum milenial terjebak dalam ideologi teroris.

"Memang pemerintah sudah punya aturan, tapi butuh peran serta masyarakat untuk membantu pengentasan masalah terorisme. Dan ini baik jika milenial dilibatkan,” tutupnya.