Terinspirasi dari Kebudayaan Pengobatan Nusantara, Kepala LPPM Unesa Bikin Nano Gold

Penandatangan MoU/Ist
Penandatangan MoU/Ist

Terinspirasi dari kejayaan budaya pengobatan nusantara, dosen sekaligus Kepala Pusat Inkubasi Bisnis Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof. Dr. Titik Taufikurohmah, M.Si., membuat Nano Gold sebagai solusi kesehatan.


"Nano Gold terinpirasi dari kejayaan budaya pengobatan nusantara susuk emas sudah terbukti seraca empiris mampu menyembuhkan dan mempercantik ratu – ratu nusantara di masanya. Sebagai peneliti keberhasilan empiris di buktikan secara ilmiah ditemukan Nano Gold yang terbukti efektif dalam menangani penderita kusta di Surabaya terutama dari sisi kenaikkan imunitas para penderita lepra. Kini penelitian Nano Gold dikembangkan untuk membantu meringankan penderita Covid-19 melalui peningkatan imun tubuh," kata Prof Titik melalui keterangan tertulis yang diterima Kantor Berita RMOLJatim, Minggu (11/4).

Saya, sambung Prof Titik, punya relawan yang terlibat langsung dalam penanganan Covid-19 di Surabaya selama setahun terakhir. Dan Alhamdulillah, berkat Nano Gold, mereka tak ada satupun yang  terpapar Covid-19 hingga sekarang.

Namun, dalam perkembangannya, Titiek merasa usahanya dalam penelitian Nano Gold belum menghasilkan dampak positif, terutama dari sisi pemasyarakatan dan bisnis. Menurutnya, sebagai peneliti, pihaknya seringkali dirugikan setiap karya yang mereka hasilkan belum bisa dipasarkan secara komersil.

“Kami menyadari kami tak punya passion dalam hal pemasaran. Jadi meski selama ini sudah punya mitra bisnis, tapi keuntungan tak pernah kami rasakan,” keluh Lulusan S-2 Farmasi dan S-3 Kimia Unair Surabaya ini.

Dengan segala macam masalah pelik ini, tambah Titiek, pihaknya akhirnya dikenalkan oleh rekan-rekannya di ITS Surabaya pada PT. Katama Suryabumi Jakarta.

Di mana PT. Katama Suryabumi akhirnya bersedia menjadi promotor yang memang sangat dibutuhkan setiap peneliti. Menurut Titiek, pihaknya butuh lembaga yang dapat menyatukan pemikiran inovasi peneliti dengan masyarakat dan bisa me-branding karya para peneliti sebelum di-launching ke masyarakat.

“Sehingga nanti, kami sebagai peneliti juga jelas dapat apa dan bagaimana. Kalau nggak seperti ini, rasanya sulit (situasi dan kondisinya) bagi para peneliti,” urai peraih penghargaan sebagai Penyaji Terbaik dalam Laporan Akhir Kegiatan Penelitian Fundamental dari Kemeristek Dikti di tahun 2011 ini.

Ia melanjutkan, banyak perusahaan di Indonesia dengan sikap mental lebih memilih paten produk luar negeri. Meski dengan harga royalty yang sangat mahal. Padahal, karya inovasi anak bangsa dalam negeri sendiri banyak dan tak kalah hebat.

“Untuk itu, memang dibutuhkan sosok profesional seperti PT. Katama Jakarta yang berani me-branding, memasyarakatkan, mempromosikan dan memperjuangkan karya anak bangsa Indonesia. Sehingga ada saluran bagi temuan kami hingga pemasarannya. Tentu itu sangat menolong kami sebagai peneliti,” ungkap peraih Satya Lencana 10 Tahun Berkarya dari Presiden Jokowi pada tahun 2017 dan 2019 ini.

Dan sebagai pengelola inkubasi bisnis di Unesa, Titiek bahkan siap menjadikan kehadiran promotor menjadi Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam penelitian.

“Yang jelas, jika kita bekerja sama dengan industri, posisi kita selalu lemah. Inovasi kita digunakan, tapi kita tak mendapatkan sesuatu yang layak. Dengan kehadiran PT. Katama, beliau yang mengurus semua, yang berhubungan dengan penggunaan Nano Gold,” terang dia.

PT. Katama Suryabumi adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan inovasi teknologi rancang bangun, konstruksi dan agrobusiness.

"Bagi kami, inovasi adalah kemampuan dalam berfikir kreatif untuk peduli mengembangkan beberapa penemuan sekaligus pemegang paten pada rancang bangun, pelaksanaan dan Agro, di antaranya untuk produk teknologi  Pondasi Ramah Gempa Sistem Konstruksi Laba-Laba (KSLL), Teknologi Ramah Banjir VSD (Vertical Speed Drainage), Rumah Instan Sehat Tahan Gempa (RISHA), Golden Teak - Jati Emas (Investasi Penyelamat Bumi, Bernilai Ekonomis Tinggi), dan Nano Gold penemuan Prof. Titiek Unesa," jelasnya.