Tanggapi Presiden Tiga Periode, AHY: Jangan Gitu-gitu Amat Cari Kekuasaan

Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)/Ist
Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)/Ist

Jabatan presiden tiga periode yang diinginkan sejumlah pihak belakangan ini dinilai bertentangan dengan sejarah reformasi Indonesia.


"Kalau tiga periode, secara fundamental kita ahistoris. Kalau kita lupa ingatan boleh saja, tetapi rasanya masih sehat, tidak lupa ingatan bahwa dulu Indonesia mengoreksi dirinya sendiri pada tahun 1998,” tegas Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam keterangan tertulisnya, Senin (7/6).

AHY menegaskan, salah satu hal yang paling fundamental dari reformas adalah pembatasan masa jabatan presiden RI yang setelah dianalisa oleh sejarah menyebabkan praktik-praktik abuse of power.

"KKN atau apapun istilahnya menjadi gurita yang akhirnya sulit untuk diselesaikan,” imbuhnya.

Dia menambahkan, jika presiden memiliki jabatan tiga periode, maka akan ketagihan untuk menambahkun lagi masa jabatannya.

"Kalau tiga periode tidak pernah puas, setelah itu 4 periode, setelah itu dibuka kerannya, setelah itu ujungnya seumur hidup, dengan alasan kita kan masih hebat, masih kuat, masih diperlukan,” ucapnya.

Selain itu, isu presiden tiga periode juga akan menciderai semangat dan jasa para pejuang reformasi yang telah berhasil menghentikan era kekuasaan Presiden Soeharto selama 32 tahun lamanya.

"Kalau seperti itu rasa-rasanya darah, keringat, air mata para reformis, para pejuang reformasi itu seperti tidak ada harganya. Karena kita kembali ke masa-masa kelam, sebelumnya terjadi reformasi dan ini menjadi preseden buruk di dunia internasional,” bebernya.

Saat ini, Indonesia seharusnya menjadi contoh negara lain dalam penerapan demokrasi. Kalau tidak, ini akan terjadi berulang-ulang semudah itu kekuasaan mengubah jalannya sejarah.

"Jangan gitu-gitu bangetlah kalau ingin berkuasa, ya. Maksud saya, harus ingat sejarahnya, mengapa era reformasi ini muncul,” tandasnya.