Mengetuk Pintu Jokowi, Pelaku Pariwisata Mojokerto Pasang Bendera Putih

Salah satu tempat wisata di Pacet Kabupaten Mojokerto yang memasang bendera putih/Ist
Salah satu tempat wisata di Pacet Kabupaten Mojokerto yang memasang bendera putih/Ist

Para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif di Mojokerto mulai memasang bendera putih di lokasi wisata. Aksi ini sebagai ungkapan menyerah sekaligus prihatin atas kondisi sektor pariwisata yang saat ini mati suri sejak pemerintah memberlakukan PPKM berkelanjutan. 


Kebijakan yang bertujuan memutus mata rantai penyebaran Covid-19 itu sangat berdampak terhadap penghasilan pedagang dan pelaku ekonomi kreatif di kawasan wisata Kabupaten Mojokerto. Karena itu, para pelaku wisata di kawasan Pacet sepakat mengibarkan bendera putih di tempat-tempat wisata untuk mengingatkan pemerintah tentang keterpurukan sektor pariwisata di Kabupaten Mojokerto.

“Mulai kemarin kami beserta teman-teman yang tergabung dalam penggerak wisata Mojokerto, dari Trawas, Pacet, Jatirejo, Trowulan dan Kemlagi. Kami memulai untuk memberikan secara seremonial bentuk keprihatinan kami atas matinya pendapatan kami hampir 1 bulan ini,” ungkap aktivis penggerak wisata Mojokerto Wiwit Haryono di Jacuzzi, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Minggu (25/7).

Para pelaku ekonomi kreatif sektor pariwisata mengumandangkan aksi di jejaring sosial dengan beberapa hastag seperti #MengetukHatiBupati dan #MengetukPintuJokowi.

“Karena kami bagian dari masyarakat Indonesia yang amat sangat terdampak langsung secara ekonomi dari adanya kebijakan penutupan-penutupan usaha kami,” jelas Sarko, sapaan akrab Wiwit.

Menurutnya, ada tiga hal yang mendasari aksi pengibaran bendera putih ini. Salah satunya adalah habisnya uang tabungan para pedagang di sektor pariwisata.

“Kedua, habisnya saving kami. Yang ketiga rusaknya barang dagangan kami,” tegas Sarko.

Melalui aksi ini, para pelaku pariwisata dan ekonomi kretif di Kabupaten Mojokerto menyuarakan tiga tuntutan. 

Pertama, mereka memita pemerintah memperhatikan kelompok masyarakat di sektor wisata yang terdampak langsung oleh penerapan PPKM.

Kedua, kompensasi barang akibat penutupan total PPKM Darurat dan PPKM level 4. 

Ketiga, adanya Insentif pergantian gaji selama 1 bulan ini.

“Tuntutan kami pertama adalah mengetuk pintu para pejabat tinggi biar bisa memberikan support biar kami bisa melanjutkan kehidupan ini. Jaminan-jaminan pokok saja, untuk seluruh teman-teman yang terdampak kebijakan ini,” tegas Sarko.

Pengelola Wisata Air Panas Jacuzzi Pacet ini menilai, sejak pandemi Covid-19 merebak, para pelaku sektor-sektor pariwisata hanya bisa saling berbagi. Mereka saling bergotong-royong untuk melanjutkan kehidupan sehari-hari.

“Selama ini teman-teman hanya bisa berbagi. Apa yang kita punya, apa yang tersisa itu bisa berbagi untuk sesama. Karena ini sudah titik memprihatinkan, maka kami mencoba untuk mengetuk pintu hati para pejabat negeri ini,” tandasnya.

Selain memberikan masukan kepada pemerintah, disisi lain kebijakan pengetatan prokes dan pembatasan jumlah pengunjung masih bisa diterima. Minimal para pelaku sektor pariwisata bisa bertahan.

“Untuk pembukaan ini kami sangat berharap karena apa? Sumber pendapatan kami adalah dari bukanya pariwisata dan berdagang ini. Kami siap kalau seperti kebijakan yang kemarin dibatasi kuota pengunjung dan prokes yang ketat itu akan lebih toleran kepada kami,” ujar Sarko.