Silang pendapat para elite politik yang mendukung Joko Widodo menjadi indikasi bahwa saat ini kondisi koalisi sudah retak.
- Aturan Wajib PCR Dibatalkan, PAN: Bukti Pemerintah Mendengar Aspirasi Rakyat
- Pilkades Serentak, Mas Dhito Berharap Kades Terpilih Mau Bekerja untuk Rakyat
- PKB Tawarkan Cak Imin-AHY Untuk 2024
Pengamat politik Universitas Nasional Andi Yusran melihat sikap kritik Ketua Umum PDIP kepada Luhut Binsar Pandjaitan merupakan bentuk peta persaingan secara terbuka.
Sebab PDIP, sebagai pendukung utama Jokowi merasa tidak diberi ruang yang luas saat pemerintah menangani pandemi virus corona baru (Covid-19).
"Megawati misalnya minta Agar komando dipegang langsung oleh Jokowi, hal itu bisa ditafsirkan bahwa Mega tidak menginginkan lagi Luhut berada di atas panggung," demikian analisa Andi Yusran kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (13/8).
Lebih lanjut, Andi menjelaskan indikasi kabinet Jokowi karena masing-masing partai politik sedang bekerja untuk memenangkan kontestasi Pilpres 2024.
Atas dasar itulah, partai pendukung Jokowi berani menyampaikan kritikan pada pengelolaan penanganan Covid-19.
Apalagi, banyak menteri di Kabinet Jokowi juga berasal dari partai yang bermacam-macam.
"Kritikan partai pendukung koalisi adalah indikasi jika kabinet sudah mulai retak. Logika ini dibangun atas argumentasi bahwa menteri-menteri umumnya diutus oleh partainya masing-masing," demikian kata Andi.
- Sentil Wamenkumham, Demokrat: Harusnya Kritisi Siapa 'Madam' Bansos
- Rapat Bersama Menag, Komisi VIII DPR Berusaha Turunkan Biaya Haji dari Rp98 Juta
- Rakor PKB Jember, Optimalkan Rebut Kursi Legislatif dari Daerah Hingga Senayan
ikuti update rmoljatim di google news