Wanita Afghanistan Kisahkan Pengalamannya yang Sempat 'Diculik' Taliban Saat akan Menuju Bandara

foto/net
foto/net

Seorang perempuan muda Afghanistan mengisahkan kembali pengalaman pahitnya sempat 'diculik' oleh kelompok Taliban, ketika mencoba melarikan diri dari negara itu.


Marwa Koofi melarikan diri dari Afghanistan bulan lalu, pada hari yang sama ketika ledakan bom mematikan yang merenggut puluhan nyawa di bandara Kabul.

Dalam wawancara eksklusifnya dengan media Australia, 9News, Koofi yang saat ini sudah berada di London mengatakan bahwa dia pergi ke bandara beberapa hari sebelumnya, bersama keluarganya, ketika anggota Taliban mengenali ibunya sebagai anggota parlemen.

"Sayangnya, Taliban yang berdiri di sana mengenali wajah ibuku, mobil kami tertahan di sana," kata Koofi.

"Kami mendengar orang lain berkata, 'Mereka adalah anggota parlemen! Mereka adalah anggota parlemen!'," lanjutnya.

Tak lama, Koofi mengaku melihat sekitar 20 anggota Taliban mengepung mobil-mobil yang ada di dekat bandara. Di situlah ia merasa keselamatannya dan keluarganya terancam. Ia begitu takut.

"Kami tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, kami menunggu sekitar 30 menit, 40 menit, salah satu dari mereka datang, mereka mengeluarkan pengemudi, dia duduk di dalam mobil dan mulai mengambil alih kemudi," ujarnya.

Koofi mengatakan salah satu pria yang membawa mobilnya itu bersenjata.

"Dia membawa pistol di sana. Dia berkata 'Shh, diam! Kami akan membawamu ke tempat yang aman,'" kenangnya.

"Itu tidak aman, ketika Taliban membawa Anda (ke suatu) tempat, apakah itu aman? Tidak, Anda tidak bisa percaya," lanjutnya.

Koofi mengatakan ada anak kecil di dalam mobil dan mereka memohon kepada Taliban untuk membawa mereka pulang.

Berhasil. Permintaannya dengan suara yang bergetar itu berhasil membuat mereka berhenti. "Mereka akhirnya menurunkan kami, mengambil telepon saudara ipar kami. Mereka memeriksa orang-orang itu, mengambil telepon mereka," kata Koofi.

Setelah menyita telepon semua orang di dalam mobil, kelompok itu kemudian pergi meninggalkan Koofi dan keluarganya di pinggir jalan. Mobil pun ikut dibawa pergi.

Setelah mereka pergi, Koofi dan keluarganya menangis lega. Mereka saling berpelukan. Meskipun mereka ditelantarkan di pinggir jalan, setidaknya mereka kini telah aman. Pikiran-pikiran buruk bahwa orang-orang itu akan membunuh keluarganya, perlahan hilang.

Setelah hati mereka tenang dan kekuatan kembali muncul, mereka memberanikan diri berjalan ke Bandara Internasional Hamid Karzai.

Mereka tiba di bandara itu ketika bom bunuh diri meledak di dekat bandara.

Koofi mengenang peristiwa itu mengerikan itu. Suatu kali dalam hidupnya ia merasa hampir saja mati.

Wanita muda itu berasal dari keluarga yang sangat politis. Ibunya adalah seorang anggota parlemen, begitu juga bibinya. Koofi mengatakan para wanita di sekitarnya telah membesarkannya untuk menjadi kuat dan mandiri. Dia khawatir hal itu tidak mungkin terjadi bagi perempuan muda di Afghanistan di bawah kekuasaan Taliban.

"Orang-orang yang akan tinggal di sana, mereka akan mengalami masa-masa sulit," kata Koofi.

Orang-orang, terutama wanita di Afghanistan yang berada di bawah Taliban saat ini, tidak akan memiliki masa depan.  

"Saya tidak melihat apa pun di bawah pemerintahan Taliban. (Kehidupan) yang kita miliki (selama) 20 tahun terakhir, terutama enam tahun terakhir, ada peningkatan besar bagi wanita," kata dia lagi.

Kelompok itu tidak pernah menghormati wanita, menurut Koofi. Perlakuan kelompok itu terhadap ibu dan keluarganya yang kebanyakan wanita saat membawa mereka pergi dan mencuri mobilnya, menunjukkan bagaimana perilaku mereka.

Kini, semua telah berlalu, setidaknya untuk sementara untuk keluarganya. Koofi mengaku saat ini hidupnya lebih tenang, meskipun ia masih sering memikirkan nasib wanita lainnya yang tertinggal di Afghanistan.

"Jika Anda bertanya kepada warga Afghanistan yang meninggalkan negara itu, mereka akan memberikan jawaban yang sama persis," ujarnya.