Peningkatan Volume Sampah di Bondowoso Jadi Atensi DLHP

Tumpukan sampah di pinggir jalan sebelum masuk kota Bondowoso/RMOLJatim
Tumpukan sampah di pinggir jalan sebelum masuk kota Bondowoso/RMOLJatim

Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur (Jatim) semakin padat, seiring dengan hal itu, volume sampah esmakin meningkat. Hal inilah yang kini menjadi atensi khusus Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (DLHP) setempat.


"Sampah di Bondowoso perhari sebanyak 62 ton meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 42 ton perhari yang di dominasi sampah rumah tangga dan sampah pasar.  Salah satu penyebabnya juga adalah pertumbuhan penduduk yang semakin padat," ujar Kepala DLHP Bondowoso, Aris Agung Sungkowo, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Kamis (28/10).

Makin bertambahnya penduduk, masih kata Agung, juga otomatis akan menambah volume sampah yang akan dibuang dari tiap-tiap individu tersebut dan nantinya akan memenuhi tempat pembuangan akhir (TPA) yang ada.

"Karena tiap kepala dan tiap orang pasti buang sampah," tambahnya.

Tak hanya itu, bahkan bayi yang baru lahir pun demikian juga sudah menjadi penyumbang sampah karena sekarang hampir semuanya pakai popok bayi.

"Kalo kita ke TPA disana menumpuk popok (Pampers) bayi," terangnya.

Akibatnya, dari penumpukan itu juga menjadikan pihaknya harus mensiasati agar tidak membuat problem baru karena armada pengangkut sampah dan petugas juga terbatas.

"Dump truk kita hanya 2 lalu arm roll truk ada 6 itupun 3 sedang kurang baik, eskavator 1 unit tapi usia sudah 16 tahun," keluhnya.

Kemudian, kata Agung, untuk sopir armada yang ada hanya ada 6 orang. Itu semua masih jauh dari kata memadai karena dari 23 kecamatan di Bondowoso, 17 diantaranya memiliki pasar dengan tempat pembuangan sampah (TPS).

"Idealnya ya harus 17 armada serta 17 sopir, tiap pasar tersedia," tambahnya.

Kini, pihaknya mulai akan memperluas TPA agar tidak makin menjadi permasalahan ketika sampah yang ada tidak menemukan tempat pembuangan. Karena diperkirakan TPA yang ada maksimal akan mampu menampung tak lebih dari 5 tahun lagi. 

"Sudah disiapkan lahan, masih di Taman Krocok seluas 5 ha," paparnya. 

Lebih dari itu, nantinya akan juga mengelola sampah agar penimbunan di TPA benar-benar sudah sampah yang tak lagi bisa di daur ulang. Untuk yang masih bisa didaur ulang akan dipilih agar tidak menambah penumpukan dan terpenting bisa bernilai ekonomis.

"Seperti kertas dan plastik masih bisa dijual, kemudian yang organik juga bisa untuk pupuk dan bahan ulat maggot," katanya.

Untuk TPS yang ada nantinya akan juga diperbaiki, seperti perbaiki atap dan pengelolaan sampah itu sendiri agar tidak menyebabkan bau dan mengganggu aktivitas penduduk sekitar.

"Sedang kami diskusikan solusinya, tanpa harus menutup TPS itu," pungkasnya.