Berawal dari Hobi, Kini Hendra Kebanjiran Order Tanaman Hias Hibrid Hingga Luar Negeri

Hendra Syahputra dan tanaman hias usahanya/RMOLAceh
Hendra Syahputra dan tanaman hias usahanya/RMOLAceh

Hendra Syahputra, warga Aceh Tamiang, tak menyangka tanaman hias hoya dan anggrek liar yang dia kembangkan bakal menarik minat banyak orang. Berawal dari hobi, kini Hendra Syahputra kebanjiran permintaan tanaman hias hibrid hingga dari luar negeri.


“Saya kembangkan secara otodidak. Salah satunya lewat youtube,” kata Hendra Syahputra, dilansir dari Kantor Berita RMOLAceh, Minggu (14/11).

Hendra Syahputra mengatakan semua ini berawal dari kesenangannya terhadap tanaman. Pernah dia bercita-cita menjadi insinyur pertanian, namun karena orang tua tak mampu menyekolahkan, dia tak bisa meneruskan pendidikan di bangku kuliah. 

Dengan pengetahuan berdasarkan pengalaman itu, Hendra Syahputra mengembangkan sejumlah hoya dan anggrek yang biasa dijumpai di sekitar tempat tinggalnya. Dia juga sering melihat-lihat teknik pengembangan tanaman hias dari peminat tanaman hias di youtube dan facebook. 

Hendra Syahputra mencari-cari tanaman yang cocok untuk dijadikan hiasan di perkebunan sawit dan karet, tak jauh dari rumahnya. Di dua lokasi ini, dia melihat banyak jenis hoya dan anggrek. Namun masyarakat yang bekerja di areal itu menganggap tanaman itu sebagai gulma. 

“Jadi, saya minta izin kepada pemilik kebun untuk mengambil tanaman-tanaman yang menempel di pohon sawit atau karet. Si pemilik tak keberatan karena gulma itu akan dibersihkan,” kata Hendra Syahputra. 

Di rumah, gulma yang dianggap tak bermanfaat itu dibentuk hingga menarik dan layak dijadikan hiasan. Hasil kerajinan itu dipromosikan di media sosial dan mendapatkan banyak respons, sebagian besar menyatakan minat terhadap kreasi Hendra Syahputra.  

Hendra Syahputra lantas mengeksplorasi daerah-daerah lain di pedalaman hutan Aceh Tamiang yang masuk dalam kawasan Ekosistem Leuser untuk mencari beragam hoya dan anggrek. Tananam-tanaman itu lantas dia kembangkan di pekarangan rumahnya. 

"Kalau untuk jenisnya saat ini banyak, ratusan itu ada. Cuman saat ini terfokus kehari ini trendnya apa. Kebetulan saya waktu itu mainnya anggrek, saat ini lagi naik daun itu tanaman hias hoya. Kalau dikita harganya masih pasaran, tapi kalau di luar negeri bisa mencapai ratusan bahkan jutaan,"

Untuk hoya, di Aceh Tamiang, Hendra Syahputra memperkirakan jumlahnya mencapai 30 jenis. Tanaman ini banyak dijumpai di bukit-bukit kapur. Hendra Syahputra harus berlomba dengan para penambang bukit kapur agar dapat mengambil hoya yang tersisa sebelum bukit dikeruk. 

Setelah berjalan beberapa tahun, sejumlah tetangga Hendra Syahputra mulai tertarik dan berganbung untuk mengembangkan tanaman hias hibrid ini. Hendra Syahputra mengajarkan tetangganya cara membudidayakan tanaman-tanaman itu dan menjadikannya sebagai komoditas bernilai ekonomi tinggi.

"Untuk pupuknya saya sangat menghindari pupuk kimia. Saya pakai pupuk alami olahan sendiri,” kata Hendra Syahputra. 

Dari aktivitas ini, kata Hendra Syahputra, dia mendapatkan banyak cuan. Pernah dalam sebulan, Hendra Syahputra mengantongi keuntungan sebesar Rp 40 juta. Rata-rata, dalam satu bulan, dia mendapatkan keuntungan Rp 10 juta. 

Hendra Syahputra juga pernah mendapatkan permintaan tanaman hias khas Aceh untuk menjadi koleksi Taman Nasional di Bali dan di Bogor. Permintaan terjauh datang dari Papua. 

Dari luar negeri, permintaan datang dari Bangladesh. Namun yang terbanyak datang dari Thailand. Namun permintaan ini sulit dipenuhi karena Hendra Syahputra tidak memiliki surat izin untuk mengekspor tanaman-tanaman kreasinya ke luar negeri. 

“Untuk pengiriman ke luar negeri, saya menitip lewat teman-teman di Jakarta, sejumlah seller yang biasa mengirimkan produk sejenis ke luar negeri,” kata Hendra Syahputra. 

Namun Hendra Syahputra yakin tanaman hias hibrid ini masih akan terus diminati. Yang penting, kata Hendra, semua harus dikerjakan sepenuh hati. Saat dikerjakan sepenuh hati, maka tak ada rasa bosan bagi pelakunya. 

"Intinya pertama kita mempunyai usaha, jangan sedikit-sedikit terbentuk dengan modal yang besar,” kata Hendra Syahputra.