Berdayakan Perempuan Desa, Dosen UNESA Rintis Home Industri Sabun Cuci Piring

Tim dosen UNESA yang tergabung dalam program pengabdian kepada masyarakat membuat usaha   home industri sabun cuci piring/Ist
Tim dosen UNESA yang tergabung dalam program pengabdian kepada masyarakat membuat usaha home industri sabun cuci piring/Ist

Tim dosen UNESA yang tergabung dalam program pengabdian kepada masyarakat, membuat usaha home industri sabun cuci piring yang melibatkan dan dikelola oleh perempuan-perempuan yang sebagian besar merupakan ibu rumah tangga.


Home industri tersebut merupakan insiasi dari beberapa dosen jurusan Kimia UNESA terdiri dari Prof. Dr. Sari Edi Cahyaningrum, M.Si., Prof. Dr. Titik Taufikurohmah, Dr.Nurhayati, M.T.,  dan Fitriari Izzatunnisa Muhaimin, B.Sc, M.Sc. Agar usaha tersebut berjalan sukses, mereka memberikan pelatihan pembuatan sabun pada 15 September 2021. 

Kemudian akan terus diberikan pendampingan produksi, pengelolaan hingga pemasaran secara berkala ke depannya. 

Prof. Sari Edi menyatakan bahwa meski pelatihan dan usaha tersebut skala rumahan, tetapi tetap memperhatikan kualitas produksi, memenuhi aspek kesehatan dan tentunya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sabun tersebut, diolah dari bahan herbal yang mudah didapatkan di lingkungan sekitar. 

Ada dua jenis sabun cuci piring yang mereka produksi yang diberi merek Gocling dan Sidokare Sembada. Selain itu, juga ada aneka sabun padat transparan dengan bahan herbal. Beberapa sabun berbahan herbal lainnya seperti sabun madu, sabun papaya, sabun sirih, sabun aloevera dan sabun bengkoang. 

“Produk-produk tersebut mulai diujicobakan untuk dipasarkan oleh ibu-ibu PKK di Desa Sidokare, sehingga mampu menambah pendapatan mereka,” terangnya.

Tujuannya adalah untuk memberdayakan para perempuan di Desa Sidokare Nganjuk, sehingga mereka memiliki keterampilan plus usaha yang bisa meningkatkan pendapatan keluarga dan masyarakat setempat. 

Selain itu, juga untuk menghadirkan inovasi sabun cuci piring yang sehat dan ramah lingkungan, karena terbuat dari bahan herbal. 

“Home industri yang dapat digunakan  sebagai rintisan usaha untuk menopang ekonomi keluarga,” ujarnya. 

Dia menambahkan, sudah saatnya para perempuan di desa dan daerah terlibat langsung dalam sektor kreatif. Itu bisa dimulai dari inovasi-inovasi sederhana dan dari bahan-bahan yang mudah didapatkan dari lingkungan sekitar. 

Ia mencontohkan, seperti membuat sabun, perempuan sebenarnya bisa dan itu yang hendak ia tunjukkan lewat rintisan usaha rumahan itu. Kemudian bisa juga membuat tas atau hiasan rumah dari bahan-bahan yang ada. 

“Potensi itu ada, itukan yang kita gali dan latih, ketika mereka sudah punya kompetensi, bisa jalan jadi usaha dan nantinya bisa berdampak pada ekonomi keluarga,” terangnya. 

Program PKM rintisan usaha rumahan itu sengaja menyasar para perempuan, utamanya ibu-ibu rumah tangga agar mampu membuat sabun cuci piring dan sabun padat transparan, memahami manajemen pemasaran, dan teknik pemasaran online. 

Itulah yang menjadi fokus dari tim PKM yang ia ketuai itu. Mereka tidak kerja sendiri, tetapi juga berkolaborasi dengan pemerintah desa dan kelurahan setempat. 

Ia melanjutkan, kerja sama itu tidak hanya untuk mendirikan usaha rumahan saja, tetapi juga bisa terus dikembangkan ke tingkat yang lebih besar dan masif. Bila perlu menjadi bagian dari identitas produk desa dan kelurahan setempat. 

Farida Nurhayati, SPd. Selaku ketua Dharma Wanita Desa Sidokare menyambut positif kegiatan dan rintisan usaha rumahan tersebut. 

Ia mendukung program tersebut dan berharap produk sabun hasil karya perempuan Sidokare sebagai salah satu produk unggulan desa tersebut. Bahkan ia akan mengalokasikan anggaran agar sabun tersebut bisa menjadi bagian dari Bumdes. adv