Dilantik di Pesantren, PA GMNI Jatim Kebut 7 Kerja Gotong Royong

Deni Wicaksono/RMOLJatim
Deni Wicaksono/RMOLJatim

Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) Jawa Timur resmi dilantik, Minggu malam (28/11). Yang unik, pelantikan organisasi kaum nasionalis itu digelar di Ponpes Babussalam, Banjarejo, Malang, asuhan KH Thoriq bin Ziyad.


Pelantikan dengan tema “Nasionalisme Menjawab Tantangan Zaman” itu dihadiri Ketua Umum DPP PA GMNI, Ahmad Basarah. Sejumlah tokoh tampak hadir, juga banyak yang mengirimkan karangan bunga hingga memenuhi halaman Pondok Pesantren Babussalam. Acara tersebut dihadiri mulai dari Wakil Gubernur Jatim Emil Elistianto Dardak, Ketua DPRD Jatim Kusnadi, Kapolda Jatim yg diwakili Kapolres Kab. Malang, Pangdam yg diwakili Dandim, Kajati yg diwakili Kajari Malang, bupati/wali kota dari beberapa daerah di Jatim, pimpinan dan anggota DPRD Kab/Kota, hingga berbagai tokoh lainnya.

“Terima kasih Gus Thoriq (KH Thoriq bin Ziyad, pengasuh Ponpes Babussalam, Banjarejo, Malang) berkenan pesantrennya ditempati pelantikan PA GMNI Jatim. Ini menunjukkan kaum santri dan kaum nasionalis ibarat dua sisi mata uang yang tak terpisahkan,” ujar Ketua PA GMNI Jatim Deni Wicaksono, Senin kemarin, (29/11).

Deni mengatakan, upaya untuk merawat dan menumbuhkan spirit nasionalisme di kalangan anak bangsa kini menghadapi berbagai tantangan. Tantangannya pun telah bersalin rupa dengan beragam kompleksitasnya.

“Salah satu tantangan utamanya adalah betapa masifnya radikalisme dan ekstremisme berbalut ideologi transnasional menyusup ke berbagai lini kehidupan kita. Kaum nasionalis dalam wadah PA GMNI harus berada di garda terdepan untuk menghadapinya, karena kita tidak ingin Indonesia hancur terpecah belah,” papar alumnus Universitas Airlangga tersebut.

Deni menambahkan, dengan berbagai dinamika dan tantangan, semua anak bangsa patut bersyukur bahwa hingga saat ini Indonesia masihlah entitas yang sama seperti kala dideklarasikan pada 1945. Meski demikian, pekerjaan rumah masih menunggu untuk dituntaskan. Salah satunya soal kesejahteraan rakyat.

Kaum marhaenis, lanjut Deni,  sudah seharusnya mengimajinasikan sosok kaum marhaen di era digital saat ini bukanlah hanya petani saja. Jika Bung Karno hidup kembali, maka ilham politik itu tidak lagi ditemui pada sosok Marhaen, petani kecil di pelosok Bandung Selatan. 

“Mungkin, Bung Karno akan bertemu para pekerja yang menenteng gadget dan mengendarai motor dan bertanya apa yang membuatnya kerja siang malam namun tak kunjung sejahtera. Kita perlu kembali bertanya secara kritis, bagaimana kita para kaum Soekarnois dalam mengimplementasikan doktrin Tri Sakti di masa kini,” ujarnya.

“Apakah kita telah berdaulat dalam politik, berdikari secara ekonomi, berkepribadian dalam kebudayaan? Jika belum, hari ini seharusnya menjadi tonggak sejarah untuk menengok, memformulasikan dan mengimplementasikan doktrin tersebut sesuai semangat zaman. Jangan sampai kita, kaum Soekarnois, gagal mewarisi sikap visioner Bung Besar dalam membaca gerak zaman dan kita menjadi tidak relevan,” seru Deni.

Untuk membumikan semangat nasionalisme di masa kini, Deni membeber tujuh aksi yang akan digeber oleh keluarga besar PA GMNI Jatim. Pertama, tetap mewaspadai Covid19, khususnya momentum libur akhir tahun. Semuanya harus bergotong royong agar tidak terjadi gelombang ketiga dengan disiplin protokol kesehatan dan menyukseskan vaksinasi hingga mendekati angka 100 persen pada akhir tahun.

Kedua, terus menjaga keberagaman dan melawan intoleransi. “Jangan beri ruang sedikit pun kepada kaum intoleran,” ujarnya.

Ketiga, papar Deni, bekerja memulihkan ekonomi pasca Covid-19. Keempat, pemberdayaan UMKM dan koperasi serta mengawal UMR yg mewadahi semua kepentingan.

“Pemulihan ekonomi harus terus kita dorong. Ekonomi rakyat harus rebound. Hidupkan kembali UMKM dan koperasi, agar ekonomi arus bawah bergerak untuk membuka seluas mungkin lapangan kerja,” beber Deni.

Adapun aksi kelima adalah reorganisasi birokrasi. Ini adalah langkah konsolidasi ke dalam organisasi untuk memantapkan kerja-kerja kerakyatan PA GMNI.

Keenam, pembangunan dan perbaikan infrastruktur merata ke perdesaan. “Infrastruktur akan meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi rakyat desa. Kita harus kawal dan bantu wujudkan itu sesuai bidang pengabdian kita masing-masing, apakah sebagai pejabat pemerintahan, anggota parlemen, pengusaha, pegiat NGO, dan sebagainya,” tuturnya.

Ketujuh, sambung Deni, membantu membentuk karakter para pelajar. “Ini aksi bersama. Misalnya ada kawan PA GMNI Jatim yang menjadi anggota parlemen, dorong program dan anggaran untuk character building pelajar agar nasionalisme terbentuk dan terhindar dari radikalisme,” pungkasnya.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news