PPP Gelar Sekolah Politik Milenial, Cetak Calon Pemimpin Muda Ideal untuk 2024

Ketua Umum Angkatan Muda Kabah (AMK), Rendhika D Harsono/Net
Ketua Umum Angkatan Muda Kabah (AMK), Rendhika D Harsono/Net

Pendidikan menjadi satu langkah yang juga digunakan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) bersama organisasi kepemudaannya,  Angkatan Muda Kabah (AMK), mencetak calon pemimpin muda ideal untuk Pemilu tahun 2024.


Politisi muda Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Dedi Fatria menyatakan, kalangan anak muda atau milenial perlu memahami tentang berpolitik. Dengan begitu, akan muncul kesadaran dan akan ikut mewarnai dunia politik di Indonesia.

Anggota DPRD Kota Bukit Tinggi, Sumatera Barat ini menegaskan, pada Pemilu 2024 anak-anak milenial, generasi Z akan menjadi penentu kesuksesan perhelatan demokrasi itu.

Berdasarkan fakta tersebut, maka ia menginisiasi digelarnya Sekolah Politik Milenial yang digelar di Hotel Grand Royal Denai, Bukti Tinggi pada 7-8 Desember 2021 kemarin, dengan narasumber dari berbagai latar belakang di antaranya pakar politik dan akademisi.

"Mau tidak mau mereka harus dibekali untuk belajar menjadi subyek politik, jangan hanya obyek politik saja," kata Dedi Fatria dalam keteranga tertulis dimuat Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (10/12).

Ketua Umum Angkatan Muda Kabah (AMK), Rendhika D Harsono mengatakan, sekitar 60 persen dari suara total pemilih pada Pemilu 2024 mendatang adalah dari kalangan milenial dan generasi Z.

"Suara generasi milenial dan Gen Z ini akan menjadi rebutan para kontestasi di Pemilu 2024 nanti," kata Rendhika.

Menurutnya, harus ada pendekatan khusus untuk mendekati generasi milenial dan generasi Z, yaitu memahami keinginan dan harapan, serta pemikiran politik generasi tersebut.

"Problemnya, sering kali pemahaman generasi milenial dan Gen Z terhadap politik berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya," tuturnya.

Karena itu, Rendhika memandang penting adanya media komunikasi yang intens untuk menerjemahkan pemikiran dan keinginan kaum muda.

Mantan anggota DPRD DKI periode 2014-2019 ini mewanti-wanti agar tidak mengabaikan pemikiran dan keinginan generasi milenial dan Gen Z, karena mereka memiliki potensi yang besar, baik secara kuantitas dan kualitas pada konstetasi dan konstelasi politik.

"Milenial dan Genz Z tidak hanya selalu sebagai obyek atau target yang kadang bersifat wacana atau terkesan sebagai bumper politik, pelengkap, bahkan hanya sekadar aksesoris politik saja. Pandangan seperti harus diubah dan dibenahi," kata Rendhika.

Ketua DPP PPP Bidang Data dan Digital ini pun berharap, program Sekolah Politik Milenial seperti ini harus ada follow up-nya. Apalagi kegiatan yang diikuti oleh generasi milenial dan Gen Z ini diikuti dari berbagai latar belakang dan pendidikan, sehingga memberikan dampak positif bagi perkembangagn demokrasi di Tanah Air.

Ia pun mengapresiasi kegiatan seperti ini, dan mendorong perlu diperbanyaknya forum-forum seperti Sekolah Politik Milenial di berbagai wilayah di Indonesia.

Sementara itu, Sekjen AMK Ainul Yaqin dalam pemaparannya meyakini akan banyak pihak yang interest terhadap suara generasi milenial dan Gen Z untuk kepentingan Pemilu 2024.

"Potensi basis suara milenial sangat menjanjikan. Semua kontestan politik Pemilu 2024 akan berlomba meraih dukungan pemilih dari generasi milenial dan Gen Z. Untuk diketahui, ini bukan perkara yang mudah, karena pemilih milenial memiliki karakter yang sangat beragam," tuturnya.

"Beragam variabel pendekatan harus dijalankan secara dinamis oleh partai politik guna menumbuhkan kesadaran politik, minat dan memperoleh simpati dari segmen pemilih milenial," tambah Ainul Yaqin.