Seniman dan Pendekar Sunda Tuntut Arteria Dahlan Dipecat

Aksi massa menuntut Arteria Dahlan dipecat di Gedung Sate, Kota Bandung/RMOLJabar
Aksi massa menuntut Arteria Dahlan dipecat di Gedung Sate, Kota Bandung/RMOLJabar

Permintaan maaf yang sudah dilakukan anggota DPR RI, Arteria Dahlan, rupanya masih belum memuaskan publik. Khususnya masyarakat Sunda yang sakit hati atas pernyataan Arteria yang meminta kepala Kejaksaan Tinggi yang berbicara memakai bahasa Sunda diganti.


Terkini, masyarakat yang tergabung dalam Barisan Kebangkitan Nasional (Barkin), Paguyuban Seniman Jabar dan Paguron Pencak Silat Jabar, melakukan aksi dengan menggeruduk Gedung Sate di Bandung, Selasa (25/1).

Mereka menyuarakan protes atas kelancangan anggota DPR RI dari PDI Perjuangan itu.

“Bagi kami pernyataan tersebut adalah penistaan yang amat sangat, di mana budaya keseharian yang selalu harus dijaga. Arteria Dahlan berucap tanpa rasa berdosa, karena disampaikan pada saat rapat resmi. Kemudian pada hari itu sudah ada tuntutan dia minta maaf, tetapi dia masih berkilah,” kata Korlap aksi, Dicky Achmad, seperti diberitakan Kantor Berita RMOLJabar, Rabu (26/1).

Dia menilai permintaan maaf yang sudah disampaikan Arteria Dahlan tak datang dari sanubarinya. Pasalnya baru meminta maaf setelah ada desakan dari masyarakat Sunda dari seluruh wilayah, termasuk dari partainya sendiri di Jabar.

“Terkesan permohonan maafnya itu tidak ikhlas,” ujar Dicky.

Menurutnya, orang Sunda mungkin sudah memaafkan kesalahan Arteria Dahlan tapi itu tak berarti Arteria bisa bebas dari jeratan hukum.

“Oleh karena itu kita berharap pihak kepolisian segera mengusut laporan-laporan baik di Polda Jabar maupun di Polrestabes Bandung. Agar ini menjadi pelajaran bagi semuanya dan memberi efek jera,” tegasnya.

Sanksi hukum, lanjutnya, diperlukan karena selama ini penyakit arogan Arteria Dahlan tak juga sembuh. Dicky mengingatkan bahwa sejak dulu Arteria sudah banyak bikin masalah.

Salah satunya adalah saat Arteria membentak tokoh senior yang sepuh Prof Emil Salim.

“Ini menunjukan etika budayanya sebagai seorang warga Indonesia tidak ada,” ucap Dicky.

Dicky mengingatkan, membiarkan Arteria bebas dari jeratan hukum baik dari negara maupun PDIP akan berkonsekuensi buruk. Dicky menegaskan, PDIP harus memecat Arteria.

“Dalam ungkapan Sunda 'kaciwit kulit kabawa daging',” pungkasnya.