Bangsa Indonesia hari ini, sudah menjelma menjadi warga negara yang sensitif. Bahkan, seperti tidak ada lagi rasa saling mengerti diantara suku-suku yang menyatu dalam kebhinekaan.
- Pemerintah Diminta Waspadai Gelombang PHK Massal Terkait Ancaman Resesi Global
- Panglima TNI Diterpa Hoax Terkait Pimpinan Ponpes Al Zaytun, Begini Penjelasannya
- Hubungan Gerindra dan PDIP, Ini Jawaban Keponakan Prabowo
Begitu pesan yang disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (Infus) Gde Siriana Yusuf dalam video monolog yang diunggah kanal YouTube Kanal Suara Indonesia, Rabu (26/1).
"Kita kehilangan jati diri kita sebagai bangsa yang ingin merdeka, kehilangan rasa pengertian kita terhadap suku-suku lain, kehilangan konteks sebagai bagian dari kebhinekaan Indonesia," kata Gde Siriana.
Realitas yang terjadi, kata Gde Siriana, adalah kemarahan horizontal yang belakangan menjadi hal yang dikedepankan dengan alasan penghinaan terhaap kesukuan.
"Padahal seharusnya kita marah karena hutan kita digunduli dan dibakar, seharusnya kita marah karena sumber daya alam kita dieksploitasi dan lingkungan hidup kita dirusak," katanya.
"Seharusnya kita marah karena korupsi, nepotisme dan kolusi merajalela, seharusnya kita marah karena reformasi dibajak oligarki, seharusnya kita marah karena ketimpangan sosial semakin melebar," lanjut Gde.
Dia mengingatkan, bahwa masalah Bangsa Indonesia bukan soal agama atau suku. Tetapi, bagaimana kedaulatan bisa sepenuhnya dipegang oleh rakyat.
"Saudaraku, persoalan Indonesia hari ini bukan soal agama atau kesukuan, tetapi bagaimana mengembalikan kedaulatan kepada rakyat," pungkasnya.
- Banyak Momentum, Pertumbuhan Ekonomi Mestinya Melebihi 5,44 Persen
- FDA: Perlu Tiga Kali Tes Antigen Berkala untuk Orang Tanpa Gejala
- Dubes Rusia: Krisis di Ukraina Tak Akan Terjadi Jika Barat Mendengarkan Keresahan Kami