Anies Berpeluang Menang Pilpres jika Menggandeng AHY

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersama Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam satu kesempatan/Net
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersama Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam satu kesempatan/Net

Peluang kemenangan di Pilpres 2024 berpotensi besar di dapat, apabila Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, bisa menggandeng Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).


Direktur Eksekutif Indostrategic, Ahmad Khoirul Umam, memprediksi pasangan Anies-AHY bisa memenangkan Pilpres 2024, hanya saja dengan sejumlah langkah politik yang matang dari kedua belah pihak.

Karena jika dilihat dari segi kepatutan, Khoirul melihat Anies dan AHY telah memiliki bekal yang cukup. Di mana elektabilitas keduanya di sejumlah lembaga survei selalu berada di posisi satu hingga enam besar.

"Pemeringkatan elektabilitas itu tercermin di hampir seluruh hasil survei lintas lembaga yang muncul belakangan ini. Keduanya konsisten berada di radar, dan bukan kategori tokoh dengan elektabilitas satu koma," ujar Khoirul, diberitakan Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (4/2).

Khoirul melihat, pasangan Anies-AHY akan berpeluang besar memenangkan kompetisi dengan beberapa faktor. Di mana yang pertama adalah harus memiliki sponsor yang kuat.

"Jika duet Anies-AHY dipromosikan, tentunya Partai Demokrat berada di sana sebagai salah satu sponsor utama koalisi, pembentuk 20 persen presidential threshold. Itu bekal awal yang baik," tuturnya.

Sejauh ini, Khoirul hanya melihat dua mesin kemenangan yang bisa membawa Anies maju dan menang dalam kontestasi 2024. Yaitu dengan dukungan Prabowo Subianto bersama Partai Gerindranya, dan AHY dengan Partai Demokratnya.

Namun dengan adanya Partai Demokrat sebagai sponsor koalisi dan juga duet, Khoirul memprediksi pasangan Anies-AHY akan mendapat dukungan dari partai politik lain yang berada di garis ideologi nasionalis dan khususnya dari garis ideologi politik Islam.

"Mereka akan merapat, untuk mendapatkan efek ekor jas (coattail effect). Efek ekor jas itu terbentuk jika partai politik pengusung nama Capres-Cawapres memiliki chemistry dan paradigma yang sama, sehingga tidak ada kegamangan yang menjadi sumber split ticket voting," jelasnya.

Faktor kedua yang juga teramat penting, menurut Khoirul, adalah sikap tegas Anies terhadap politik. Dia memperkirakan, apabila mantan Mendikbud itu tak bergabung dengan satu parpol, maka besar kemungkinan deklarasi dukungan dari parpol akan membanjiri pasangan Anies-AHY.

"Selama Anies tidak mendeklarasikan diri masuk ke partai politik, maka Anies bisa menjadi pemersatu bagi partai-partai pengusungnya," katanya.

Di samping itu, Khoirul juga melihat faktor pendukung yang cukup mempengaruhi jalannya konsolidasi koalisi parpol. Yaitu, ada Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono di belakang AHY, dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla di balik Anies.

"Dibalik duet Anies-AHY, ada dua tokoh politik besar yang bisa menjadi joined forces, yakni SBY-JK, mengingat AHY adalah anak biologis dan ideologis SBY dan JK adalah mentor politik Anies Baswedan," ungkapnya.

"Jika duet ini digarap dengan baik, bisa saja duet Anies-AHY mengulang kemenangan SBY-JK sebagaimana terjadi di Pemilu 2004 lalu," demikian Khoirul.