PSI Dorong Pertunjukan Seni Kembali digelar Secara Berkala

Tjtjuk bersama seniman ludruk
Tjtjuk bersama seniman ludruk

Saat ini, kasus Covid-19 menunjukkan penurunan setiap harinya. Beberapa fasilitas umum seperti alun-alun Kota Surabaya, pelaksanaan car free day, serta sejumlah taman kota kembali dibuka.


Dengan adanya pelonggaran aktivitas ini, Tjutjuk Supariono selaku Ketua Fraksi PSI mendorong agar Pemkot Surabaya dapat kembali menggelar kegiatan pertunjukan seni budaya secara reguler dan berkala.

“Subsektor kreatif yang paling terdampak dengan adanya pandemi Covid-19 ini adalah para pekerja seni. Saat saya turun ke lapangan, banyak seniman yang mengeluhkan bahwa mereka tidak ada pemasukan selama pandemi dikarenakan sepinya job. Banyak diantara mereka yang menggantungkan hidupnya dari pertunjukan seni. Sementara, pembatasan ketat memang sebelumnya diterapkan pada acara seni dan budaya untuk menekan penyebaran kasus Covid-19” ujar Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya tersebut, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Rabu, (22/3).

Menurutnya, dampak dari pandemi ini memaksa banyak seniman untuk beralih profesi menjadi tukang ojek online, berjualan sayur, dan menjual harta bendanya untuk menyambung hidup. Para pemilik sanggar pun banyak yang terpaksa menutup usahanya karena tidak ada pemasukan dari murid-murid yang sebelumnya belajar seni di sanggar tersebut.

“Melihat angka kasus covid-19 di Surabaya yang berangsur-angsur turun, saya mendorong agar Pemkot Surabaya dapat menghidupkan kembali seni dan budaya dengan menggelar pertunjukan seni secara berkala di Alun-Alun Surabaya, Balai Pemuda, maupun di Jalan Tunjungan. Saya mengapresiasi adanya pertunjukan virtual yang sudah diadakan oleh Pemkot selama masa pandemi. Namun, saya melihat bahwa antusiasme masyarakat tidak sebesar pertunjukan yang diadakan secara offline. Sudah terlalu lama para seniman menunggu kepastian untuk kembali melaksanakan pertunjukan seni” tutur Tjutjuk.

“Selain itu, dalam rangka mewadahi dan memfasilitasi bakat seni di masyarakat, saya berharap adanya pembinaan dan perhatian secara intens yang diberikan oleh Pemkot. Sewaktu muda, saya dulu juga seorang  musisi. Saya paham betul bagaimana susahnya kami untuk berkarya karena terkendala biaya. Saat saya bertemu teman-teman seniman milenial, permasalahannya pun masih sama, hanya mereka yang punya uang yang bisa bermusik. Sebab, biaya rekaman pun juga butuh kocek yang tidak sedikit. Ini menjadi PR kita bersama, sebab kegiatan seni budaya merupakan akar dari pembangunan kualitas manusia” tutup Tjutjuk.

Sebagai tambahan keterangan, data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sampai dengan 19 Maret 2022, dari 100.000 penduduk di Kota Surabaya, warga yang terkonfirmasi kasus covid adalah sebanyak 43 jiwa, dengan total yang dirawat inap adalah 5 jiwa dan angka kematian sebanyak 1 jiwa. Sementara itu, positivity rate menunjukkan angka 6,39% dan Bed Occupancy Rate (BOR) sebesar 17,1% per minggu.