Sukses Tekan Angka Putus Sekolah, Inovasi SMPN 2 Pakem Bondowoso Dapat Dijadikan Contoh

Wabup Bondowoso Irwan Bahtiar saat sambutan/RMOLJatim
Wabup Bondowoso Irwan Bahtiar saat sambutan/RMOLJatim

Inovasi dalam menekan angka putus sekolah siswa digagas oleh sekolah SMPN 2 Pakem beserta komite dan tokoh masyarakat sekitar.


Sekolah yang terletak di lereng gunung Argopuro tersebut mencari solusi dari berbagai persoalan putus sekolah siswa karena persoalan ekonomi dan juga pernikahan dini. 

Maka dibuatlah inovasi program "Sistem Belajar Layanan Kolaboratif untuk Mengantarkan Anak Tuntas Pendidikan Dasar pada Masa Pandemi Covid-19" (Seblak Pedas Mas Panco) yang berjalan sukses.

Wabup Irwan berharap kepada seluruh sekolah di kabupaten Bondowoso agar mampu mereplikasi inovasi Seblak Pedas Mas Panco milik SMPN 2 Pakem tersebut.

"Utamanya sekolah yang notabenenya berada di daerah pinggiran seperti di sini," ujarnya dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Rabu (6/4).

Ditambahkan Wabup, inovasi tersebut dinilai sangat inspiratif dan dinilai layak diadopsi oleh sekolah lain karena mampu menekan angka putus sekolah juga mampu menyelamatkan siswa dari pernikahan dini.

"Kita lihat sendiri tadi ada laporan 5 siswi tidak jadi berhenti sekolah karena akan dinikahkan berkat program ini," terangnya.

Kemudian Wabup Irwan juga menyanjung sistem pendidikan karakter oleh sekolah dengan pola pendidikan dua arah antara pihak sekolah, siswa dan wali murid.

"Tadi sepertinya sudah dibuat program juga berupa Sistem Obrolan Pagi (Si Opag) , ini menarik," tandasnya.

Di tempat yang sama, Suparman kepala SMPN 2 Pakem menambahkan bahwa Inovasi Seblak Pedas Mas Panco tersebut tercetus berkat keseriusan banyak pihak merespon maraknya putus sekolah siswa di SMPN 2 Pakem utamanya selama pandemi Covid-19 dua tahun terakhir.

"Kami lakukan angket terhadap siswa yang berkeinginan putus sekolah, hasilnya kami analisis untuk jalan keluar," ujarnya.

Suparman menyebut bahwa dari berbagai persoalan siswa putus sekolah adalah keterbatasan ekonomi dan juga sebagian karena dinikahkan oleh orang tua.

Kemudian ketika pihak sekolah menerima program dari dinas terkait, Suparman mengatakan seketika itu mendatangi beberapa siswa yang sudah menyatakan dirinya putus sekolah kekediaman masing-masing untuk mengajak kembali ke sekolah dan ternyata para siswa berkenan kembali bersekolah.

"Kami salurkan bantuan dari dinas berupa perlengkapan sekolah, Alhamdulillah 4 siswa berkenan kembali," ucapnya.

Bahkan ada siswa yang sudah berhenti kemudian meminta agar tidak dicoret dari sekolah sedang diluar pulau karena alasan bekerja, pihaknya tidak bisa memenuhi karena sistem di dapodik yang tidak memungkinkan.

"Karena yang bersangkutan tidak bisa dipastikan kapan bisa kembali, sedang kita harus mengisi sistem," terangnya.

Menindaklanjuti program Seblak Pedas Mas Panco, SMPN 2 Pakem kembali membuat inovasi sistem obrolan pagi (Si Opag) untuk bisa menentukan permasalah mana yang harus didahulukan.

" Ya acuan berdasarkan angket tadi, tindak lanjutnya lewat Si Opag ini," pungkasnya.