Tingkatkan Konsumsi Ikan, DKP Jatim Bantu Bibit Lele Di Daerah Rawan Stunting

Hari Pranoto/ist
Hari Pranoto/ist

Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jawa Timur menggenjot bantuan budidaya lele di Jawa Timur. Langkah itu dilakukan untuk mengatasi program stunting dan meningkatkan kesehatan warga Jatim.


 Kepala Bidang  Hari Pranoto Kabid Perikanan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jawa Timur mengatakan, bantuan bibit lele itu diberikan di 11 kabupaten/kota di Jatim.

Nantinya, keluarga penerima akan diberikan sepaket bantuan berupa bibit lele, pakan ternak serta probiotik, agar budidaya lele yang dilakukan dapat berkembang baik.

”Jadi kita berikan di 11 kabupaten/kota yang masuk daerah rawan stunting. Bantuan berupa bibit, pakan, probiotik dan peralatan lainnya,” katanya pada Rabu (11/5).

Dikatakan dia, bantuan bibit lele tersebut cukup efektik untuk mengurangi angka stunting di Jatim. Menurut dia, dengan budidaya lele, konsumsi ikan di rumah tangga penerima bantuan bisa ditingkatkan. Sehingga, asupan gizi bagi anak-anak terjamin.

 Menurut dia, program memasyarakatkan budidaya lele sebenarnya sudah dijalankan secara kontinu oleh DKP Jatim. Untuk mendukung kebijakan Pemprov Jatim menekan angka stunting.

“Sebelum muncul ramai-ramai bahas penanganan stunting, kami sudah ada kegiatan kolega yang semua dijadikan program untuk lebih memqsyarakatkan kegiatan budidaya perikanan (lele) lebih memasyarakat. Akhirnya tedjadi perkembangan permasalahan akhirnya kolega sebagai solusi menekan peningkatan angka stuntung di Jawa Timur,” tambahnya.

Ke depan, DKP Jatim juga akan melaksanakan program revitalisasi tambak tradisional yang ada di daerah Sidoarjo, Gresik, Pasuruan dan Probolinggo. Sebab, Jatim dulu terkenal produsen udang windu khususnya dari Sidoarjo dan Gresik. Namun seiring perubahan iklim dan kondisi lingkungan sehingga produktivitas udang windu di kedua daerah itu terus menurun.

“Kita akan kembangkan lagi kerjasama dengan ATINA menggunakan pronema atau unsur planton yang kita kembangkan sehingga percepatan pertumbuhan udang secara organik.” beber pejabat asli Trenggalek ini.

“Kita juga berkolaborasi dengan Dinas PU Pengairan untuk revitalisasi saluran irigasi serta dengan BMKG untuk memberikan informasi prakiraan cuaca,” imbuhnya.

Budidaya ikan yang cukup menjanjikan akhir-akhir ini, lanjut Hari Pranoto adalah budidaya ikan hias. Bahkan sudah merambah ke beberapa daerah di luar Blitar, Kediri dan Trenggalek yang selama ini dikenal sebagai centra budidaya ikan hias di Jatim.

Di Probolinggo dan Lumajang juga mulai terlihat menggeliat. Bahkan beberapa waktu lalu cukup sukses menggelar lomba dan pameran ikan hias sehingga kami akan menginformasikan kegiatan-kegiatan di berbagai daerah untuk disebarluaskan ke seluruh Jatim dan akan diundang ke provinsi.

“Kemungkinan lomba dan kontes ikan hias se Jatim akan kita tempatkan bertepatan pada peringatan Hari Ikan Nasional (Harkannas) pada 21 November mendatang,” jelas Hari.

Provinsi Jatim, kata Hari juga merupakan pemasok ikan hias terbesar nasional. Kendalanya adalah pemasaran sehingga yang memiliki branding adalah daerah di luar Jatim, seperti Jakarta lalu dari Jakarta diekspor ke Singapura padahal ikannya berasal dari Jatim.

 “Alhamdulillah UPT DKP Jatim di Kepanjen Malang sudah berkembang sehingga bisa menggelar kontes ikan koi se Jatim. Mudah-mudahan kedepan produk budidaya ikan hias di Jatim juga bisa menggunakan comunal branding sehingga persoalan pemasaran bisa diatasi dengan baik,” pungkas Hari Pranoto.