Kolaborasi Inklusif, Bangkitkan Kejayaan Lamongan yang Berbudaya

Pagelaran drama kolosal dalam rangka HJL Lamongan Ke 453 oleh Pemkab Lamongan /RMOLJatim
Pagelaran drama kolosal dalam rangka HJL Lamongan Ke 453 oleh Pemkab Lamongan /RMOLJatim

Pagelaran drama kolosal 'Nggugah' (membangkitkan) kejayaan Lamongan, menjadi salah satu hiburan yang dipersembahkan Pemkab Lamongan untuk masyarakat Lamongan dalam puncak acara peringatan Hari Jadi Lamongan (HJL) ke 453 tahun, Kamis malam,  (26/5). 


Bertempat di halaman Pemda Kabupaten Lamongan, pagelaran drama kali ini merupakan kolaborasi unik antara Komunitas Seniman Muda Kabupaten Lamongan (Sendakala) dengan Bupati Yuhronur Efendi sebagai lakon Ranggahadi dan beberapa Kepala OPD di Lamongan.

Menceritakan kisah dan peristiwa penting awal mula perjalanan Lamongan menuju kejayaan di masa lampau, drama 'Nggugah' ini dimulai dengan peristiwa Pralaya masa Raja Airlangga dan dibangunnya Candi Patakan, kisah pengasingan Dewi Andong Sari yang kemudian melahirkan Jaka Mada yang dikenal sebagai Maha Patih Gajah Mada, kisah perjuangan Sunan Drajad dan Sunan Sendang Dhuwur, kisah tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, dan kisah diwisudanya Ranggahadi oleh Sunan Giri IV sebagai Adipati pertama di Lamongan.

"Alhamdulillah penyelenggaraan Hari Jadi Lamongan ke 453 ini berlangsung dengan sukses dan menyenangkan hati masyarakat. Mulai pagi tadi kita semua telah melaksanakan kirab Pataka, dan nanti akan ada berbagai kegiatan-kegiatan lain, seperti beberapa hari lagi juga akan kita adakan wayang di tempat ini," terang  Bupati Lamongan, yang akrap disapa Pak Yes, dikutip Kantor Berita RMOLjatim Jum at (27/5)

Diungkapkan pula oleh Pak Yes, bahwa kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam peringatan HJL 453 ini adalah untuk menyemarakkan dan menggairahkan perekonomian pasca pandemi. 

Menurutnya, kolaborasi dengan paduan budaya ini tentu berhubungan pula dengan peningkatan aktifitas masyarakat, yang tentunya berdampak pula pada peningkatan perekonomian.

"Ini untuk menyemarakkan kita semuanya, menggairahkan kita semuanya, terutama dalam hal kebangkitan ekonomi pasca pandemi. Apakah budaya berhubungan dengan ekonomi jawabannya tentu. Karena setiap aktifitas masyarakat ini akan bisa meningkatkan aktifitas ekonomi," tambahnya.

Pak yes  juga terus mengajak masyarakat untuk bersama melakukan kolaborasi inklusif demi tercapainya cita-cita Lamongan. 

"Sekarang sudah saatnya siapapun bersama-sama berkolaborasi, bergandeng tangan untuk kejayaan Kabupaten Lamongan yang berkeadilan. Semuanya pasti akan bisa terwujud asalkan kita semua bergandeng tangan berkolaborasi untuk menciptakan Lamongan yang inklusif, Lamongan yang terbuka. Termasuk seperti saat ini, kolaborasi dengan Sendakala, Seniman Muda Kabupaten Lamongan," pungkasnya.

Selain Pak Yes yang berperan sebagai tokoh utama yakni Ranggahadi, turut mengambil peran pula Kepala Bakesbangpol Dianto Hari Wibowo sebagai Airlangga, Kepala Disparbud Lamongan Siti Rubikah sebagai Dewi Andong Sari, Kepala Dinas PMD M. Zamroni sebagai Jaka Mada, Kepala BPKAD Khusnul Yaqin sebagai Sunan Drajad, Sekda Lamongan Moh. 

Nalikan sebagai Sunan Sendang Dhuwur, Kapala DLH Anang Taufik sebagai warga Brondong pada kisah tenggelamnya kapal Van Der Wijck, dr. Aini Mas'ida dari RSUD Ngimbang sebagai Mbok Rondo Wura-Wari, dan Kepala SMPN 1 Lamongan Khoirul Anam sebagai Sunan Giri.