Perombakan Kabinet Indonesia Maju pada Rabu (15/6) kemarin, mengindikasikan bahwa Presiden Joko Widodo benar-benar tersandera partai pendukungnya.
- Soal Reshuffle Kabinet, Pengamat: Jokowi Sulit Ditebak
- PPP Belum Diajak Ngobrol Jokowi Soal Reshuffle Kabinet
- Wacana Reshuffle Kabinet, Pengamat: Buntut Ketidaksukaan Jokowi terhadap Nasdem
Demikian pendapat pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga melansir Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (16/6).
Menurut Jamiludin, reshuffle kabinet yang mengganti dua menteri dan tiga wakil menteri terkesan sangat politis. Indikasinya, kompetensi penggantinya tidak sesuai dengan jabatan yang diembannya.
"Reshuffle juga tidak menyentuh menteri dari partai politik. Padahal beberapa menteri dari partai politik kinerjanya relatif rendah," demikian kata Jamiludin.
Tidak disentuhnya menteri kader parpol, kata Jamiludin mengesankan bahwa sebagai kepala negara Jokowi tidak punya nyali menggoyang delegasi partai pendukungnya.
Lebih jauh, mantan Dekan FIKOM IISIP Jakarta ini mengatakan bahwa yang nampak dari penunjukkan menteri baru adalah Jokowi ingin mengakomodir pihak-pihak yang berjasa mengantarkannya pada pilpres 2019.
"Jokowi tak ingin punya hutang politik hingga ia nantinya lengser pada tahun 2024," pungkas Jamiludin.
Pada Rabu pahing kemarin (15/6), Jokowi resmi melantik mantan Panglima TNI Hadi Tjahjanto sebagai Menteri ATR/BPN dan Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan sebagai Mendag.
Sementara 3 wakil menteri lainnya yang juga dilantik, diantaranya: Wamen ATR?BPN, Raja Juli Antono, Wamenaker Afriansyah Noor dan WamendagriJohn Wempi Wetipo.
- Warga Antre Beli Sembako Murah hingga Pingsan, Ini Usul Al-Hasanah Foundation kepada Presiden Jokowi
- Rencana Jokowi Sematkan Pangkat Jenderal ke Prabowo, TB Hasanuddin: Dalam TNI Tak Ada Pangkat Kehormatan
- Apakah Prabowo Bakal Disetir Jokowi Jika Jadi Presiden?