Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sempat menyentuh posisi Rp 15 ribu per satu dolar pada 6 Juli lalu harus menjadi perhatian pemerintah.
- Mata Uang Garuda Melemah Tipis ke Rp15.623 per Dolar AS di Akhir Pekan
- Selamatkan Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 6 Persen
- Cara Rupiah Sejajar dengan Dolar AS Dengan Penjangkaran Pada Komoditas Nikel
Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Gerindra, Kamrussamad mengingatkan dampak negatif pelemahan rupiah, terutama untuk komoditas bahan baku yang berasal dari negara lain.
"Pelemahan nilai tukar rupiah bisa memicu imported inflation atau kenaikan biaya impor. Sejauh ini imported inflation belum dirasakan karena produsennya memang masih menahan harga di tingkat konsumen,” ucap Kamrussamad kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (8/7).
Menurutnya, jika nilai rupiah selalu tertekan, maka biaya impor akan naik signifikan akibat selisih kurs dan berimbas terhadap daya beli masyarakat atau konsumen.
"Sementara banyak bahan baku industri kita yang berasal dari negara lain. Ini akan berdampak sistematis kepada kenaikan harga-harga,” ujarnya.
Legislator dari Fraksi Gerindra ini menambahkan, inflasi Indeks Harga Konsumen pada bulan Juli telah meningkat sebesar 4.35 persen dibanding tahun sebelumnya. Padahal Mei dan Juni lalu, nilai tukar rupiah masih di bawah Rp 15 ribu.
"Apabila tidak diantisipasi, persoalan ini akan mendorong kenaikan inflasi yang saat ini sudah tinggi,” demikian Kamrussamad.
- Siap-Siap! TPID Jombang Punya Strategi Jitu Lawan Inflasi
- Pj. Gubernur Jatim Adhy Karyono Ajak Perkuat Kolaborasi Tingkatkan Petumbuhan Ekonomi, Digitalisasi dan Pengendalian Inflasi
- Inflasi Surabaya Pada Januari 2024 Terendah Selama Lima Tahun Terakhir