Tokoh nasional Rizal Ramli menegaskan, tragedi Kanjuruhan harus menjadi momentum bagi institusi Polri untuk melakukan pembenahan menyeluruh.
- Dua Terdakwa Tragedi Kanjuruhan Divonis Bebas, Ini Respon Pakar Hukum Pidana
- Vonis Sidang Tragedi Kanjuruhan, Dinilai Jauh dari Harapan Keadilan Keluarga Korban
- Cerita Ibu Korban Tragedi Kanjuruhan: 20 Tahun Jualan Kue hingga Kerja Serabutan Demi Anak
Sebagai lembaga penegak hukum, Polri harus benar-benar bersih dari intervensi, termasuk dari rezim penguasa.
Rizal Ramli mengatakan, tragedi Kanjuruhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu (1/10) malam itu menunjukkan kegagalan Polri memperlihatkan sisi humanis.
Peristiwa yang terjadi usai pertandingan antara Arema FC vs Persebaya Surabaya bukan kali pertama sebagai bentuk kegagalan Polri dalam menjamin keamanan hajatan masyarakat.
"Pilpres 2019: 894 orang petugas meninggal. Sepak bola 2022, Malang, meninggal (sementara) 153 orang (data Komnas HAM). Keduanya menunjukkan kegagalan fungsi Polri, yang brutal dan tidak humanis," kata Rizal Ramli dikutip dari akun Twitternya, Senin (3/10).
Menurut Menko Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Ekuin) era Presiden Abdurahman Wahid ini, peristiwa memilukan tersebut terjadi karena adanya multifungsi Polri.
"Termasuk jadi alat kekuasaan dan lain-lain, sehingga tidak professional," tegasnya dikutip Kantor Berita Politik RMOL.
Saat ini, Rizal Ramli menganggap Korps Bhayangkara yang dipimpin Jenderal Listyo Sigit Prabowo ini harus membenahi Polri agar tidak multifungsi dan menjadi alat politik kekuasaan.
"Ubah SOP jadi lebih manusiawi dan mengayomi, bersihkan sistem rekruitmen, pendidikan dan promosi Polri dari sogokan dan uang! Hanya dengan transformasi itu, Polri bisa dipercaya," tandasnya.
- Komitmen Wali Kota Eri terhadap Penanganan Stunting Berbuah Penghargaan dari Presiden RI di Hari Otoda 2024
- Kwarnas-Kwarda Pramuka Se-Indonesia Desak Menteri Nadiem Revisi Permendikbud No 12
- Rini Indriyani, Sosok Kartini Hebat di Balik Kesuksesan Wali Kota Eri Cahyadi