Australia Kembali Beri Kesempatan Mahasiswa Indonesia Berprestasi Dapatkan Program Beasiswa 2023

Fiona Hugart saat menyampaikan sambutan di hadapan alumni Australia di ruang Cafe Lavender Hotel Aston Jember/RMOLJatim
Fiona Hugart saat menyampaikan sambutan di hadapan alumni Australia di ruang Cafe Lavender Hotel Aston Jember/RMOLJatim

Pemerintah Australia memastikan kembali membuka program beasiswa Australia Awards, untuk warga negara Indonesia (WNI) berprestasi untuk mengenyam pendidikan di Australia. 


Program beasiswa tersebut sebenarnya sudah berjalan dan sempat terhenti saat pandemi Covid-19. 

Demikian ditegaskan Konsulat Jenderal Australia untuk Indonesia, Fiono Hugart, di sela-sela acara gathering puluhan alumni Perguruan Tinggi Australia, di Hotel Aston Jember, Selasa (8/11) malam. 

Selain Program Beasiswa Australia Awards, juga meluncurkan program beasiswa lainnya, seperti Split site master program, yang digelar 1 tahun di Indonesia dan 1 tahun di Australia, AIYEP (Australia Indonesia Youth Exchange Program) atau Program Pertukaran Pemuda Antar Negara serta  AIMEP (Australia Indonesia Muslim Exchange Program) atau Program Pertukaran Muslim Australia Indonesia.

Menurut Fiona semua program tersebut, akan dibuka kembali bersamaan dengan peringatan Program Beasiswa kerjasama Pemerintah Indonesia dan Australia yang ke-70, tahun 2023 mendatang. 

"Kami bangga Program beasiswa ini bisa berjalan, selama 70 tahun. Mulai tahun depan (2023), akan banyak gathering-gathering seperti malam ini," kata pejabat perempuan Australia yang berkantor di Surabaya ini. 

Tentu ini, akan semakin mempererat persahabatan Pemerintah Australia dengan Pemerintah Indonesia, melalui hubungan mahasiswa Indonesia yang harmonis, juga melalui pertukaran pelajar Indonesia dan Australia.

“Juga akan membawa pertukaran budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi, bagi kemajuan kedua bangsa ini,” ujarnya. 

Fiona juga menegaskan tidak semua mahasiswa yang belajar di Australia tersebut mendapatkan beasiswa dari pemerintah Australia. Beasiswa itu bisa datang dari pemerintah Indonesia, dari lembaga atau perusahaan, bisa juga berasal dari universitas-universitas tempat mereka bekerja. Bahkan, ada yang belajar dengan biaya sendiri.

"Alumni yang datang dalam acara gathering alumni perguruan tinggi Australia tidak semuanya dibiayai Beasiswa Australia Awards," ujar perempuan berambut pirang ini. 

"Mereka terdiri Mahasiswa S1, S2 hingga S3, namun Mayoritas yang hadir adalah mahasiswa Pascasarjana," sambungnya.

Dalam kesempatan tersebut, Fiona mengapresiasi kehadiran alumni mahasiswa Australia. Dia berharap para alumni bisa mensosialisasikan program kepada masyarakat Indonesia, supaya generasi berikutnya berkesempatan kuliah di negeri Kanguru ini.

Fiona menambahkan, selain beasiswa proyek alumni grant scheme, berupa bantuan sosial dana hibah dari pemerintah Australia, sebesar 100 juta rupiah lebih. Dana tersebut hanya bisa diakses oleh alumni mahasiswa perguruan tinggi Australia.

Sampai saat ini Pemerintah Australia telah mendukung lebih dari 303 proyek alumni di Indonesia dan 40 diantaranya berbasis di Jawa Timur.

Salah satunya Proyek Alumni Grant Scheme, digagas Honest Dodi Molasi dari Universitas Jember,  tapi diimplementasikan di Bondowoso. Yakni berupa proyek intervensi sosial bagi keluarga penerima manfaat PKH di Bondowoso, yakni program SEKOPER PKH pada tahun 2018.

Selain itu pada tahun 2022, Honest juga melakukan pendaftaran pada program Alumni Grant Scheme atau dana hibah alumni dari Pemerintah Australia untuk pengembangan kurikulum dan modul baru tentang pencegahan pernikahan dini. 

Proyek ini melibatkan Badan Penelitian Daerah dan Dewan Pendidikan Daerah,  untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman perempuan tentang masalah pernikahan dini, kesehatan mental, kesehatan reproduksi, dan pemahaman tentang hukum pernikahan.

Sementara salah seorang alumni mahasiswa Australia, Profesor Dr Slamin mengapresiasi pertemuan tersebut. Karena acara yang digagas Konjen Australia ini sangat bagus untuk menambah jejaring dengan alumni. 

"Apalagi pertemuan ini, baru pertama kalinya digelar di Jember," kata pria yang Wakil Rektor 1 Universitas Jember ini. 

"Kami akan siap  membantu menginformasikan kepada masyarakat Indonesia, khususnya Jember, jika ada program beasiswa. Sebab, selain banyak universitas  yang bagus-bagus di Australia, juga  jaraknya dekat dengan Indonesia," sambung pria, yang sudah 3 kali berkesempatan kuliah di Australia, dari program Diploma hingga Program Master.