Megawati-SBY Duduk Satu Meja, Masinton: Ini yang Ditunggu Lama Masyarakat

Momen Megawati Soekarnoputri dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) duduk satu meja dalam acara welcome dinner G20 di Bali/Net
Momen Megawati Soekarnoputri dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) duduk satu meja dalam acara welcome dinner G20 di Bali/Net

Banyak pihak mengapresiasi momen dimana Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri dan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono duduk satu meja saat jamuan makan malam di KTT G20, di Bali.


Politisi PDI Perjuangan Masinton Pasaribu menyampaikan bahwa pertemuan tersebut merupakan pertemuan formil G20 yang turut mengudang presiden dan wakil presiden di dunia, termasuk mengundang mantan presiden dan mantan wakil presiden di Indonesia.

"Jadi kehadiran Bu Mega, Pak Jokowi, Pak JK, Pak Hamzah Haz diundang sebagai presiden dan wakil presiden. Dan Ketua DPR ada Mbak Puan di dalam satu meja makan tersebut,” kata Masinton kepada wartawan, Rabu (16/11).

Menurutnya, dengan adanya momentum duduk bersama Megawati dan SBY tersebut menjadi gambaran bahwa tidak ada sekat antara mereka yang selama ini dicerminkan keduanya belum berdamai.

"Ini sebetulnya kan suasana yang ditunggu-tunggu lama oleh masyarakat kita. Para pemimpin elit-elit kita ternyata bisa duduk bareng. Maka di masyarakat jangan sampai terbawa suasana politik keterbelahan,” katanya.

"Artinya bahwa politik itu suasana yang sangat dinamis. Perbedaan itu biasa. Bisa bertemu dalam satu forum yang sama dalam suasana yang baik,” imbuhnya.

Dia menambahkan pertemuan tersebut tidak harus dalam forum yang resmi, dan bisa juga di luar acara formil pertemuan itu terjadi.

"Artinya bahwa mencoba untuk membangun sentimentil keterbelahan menurut saya tidak relevan. Bahwa ada perbedaan secara politik ya biasa biasa saja. Masyarakat harus kita ajak untuk bersikap lebih demokratis menjaga kebersamaan tadi,” tutupnya.

Diketahui publik selama ini memang hubungan antara Megawati dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) panas dingin. Hal ini, berawal saat Indonesia akan menggelar Pilpres secara langsung pada 2004.

Saat itu SBY sebagai Menko Polhukam ketika Megawati menjadi Presiden ke-5. SBY dianggap Megawati menikamnya dari belakang lantaran maju “secara diam-diam” menjadi salah satu kandidat presiden.