Koalisi Perubahan Rentan Pecah

Direktur Riset Indonesia Presidential Studies (IPS) Arman Salam/RMOL
Direktur Riset Indonesia Presidential Studies (IPS) Arman Salam/RMOL

Koalisi perubahan yang beranggotakan partai Nasdem, Demokrat dan PKS rentan pecah. Indikasinya, rumitnya birokrasi untuk mencapai mufakat dan masih 'menggantung' yang ada dalam koalisi itu.


Pandangan itu disampaikan oleh Direktur Riset Indonesia Presidential Studies (IPS) Arman Salam melansir Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (4/2).

Menurut Arman, koalisi yang belum solid dibuktikan dengan belum juga dilakukan deklarasi bersama untuk Anies calon presiden.

"Ada beberapa kemungkinan dalam membaca hal tersebut kemungkinan pertama masalah mahar politik yang belum tuntas sehingga anggota koalisi masih saling tarik ulur," jelas Arman.

Arman juga mengamati indikasi koalisi rentan pecah  terlihat dari keputusan strategis yang dilakukan oleh salah satu partai koalisi jauh dari tanah air.

"Bisa saja disitu terjadi transaksional dari kesepakatan mahar yang ditawarkan atau yang disepakati," kata Arman.

Alasan lainnya, tambah Arman, koalisi belum solid karena kemungkinan kedua belum putus masalah pendamping. Bahkan, bisa saja belum jelasnya Cawapres Anies berkaitan dengan kunjungan Nasdem ke Golkar kemarin.  

Bagi Arman, gendang koalisi perumahan dimainkan oleh PKS. Dengan demikian, pertemuan dari anggota koalisi PKS masih ingin sendiri untuk bergaining kepada dua partai anggota koalisi yang relatif sudah mantap mendukung Anies.

"PKS dalam koalisi perubahan posisinya sangat seksi pastinya berbagai upaya loby yang lebih menguntungkan akan dimainkan baik kepada Demokrat,  Nasdem maupun Anies sebegai pengantin," pungkasnya.