Ngopi Bareng Dubes Rosan di Kafe Bang Maman New York

Ilham Bintang saat berada di New York City, Amerika Serikat/Ist
Ilham Bintang saat berada di New York City, Amerika Serikat/Ist

NAMA cafe di Times Square itu memang Maman. Saya saja yang menambahkan kata "Bang" menjadi "Bang Maman" karena begitu takjubnya pada nama yang amat familiar di Tanah air namun berada di lokasi paling mahal dan bergengsi New York City, Amerika Serikat.

Sebagian meja dan bangkunya mirip meja dan bangku kayu warung makan Betawi. Setelah ditelusuri, kabarnya Maman berasal dari bahasa Prancis.

Saya spontan saja menyebut "Bang Maman" saat menginformasikan kepada Dubes RI di AS, Rosan Roeslani, bahwa kami sudah tiba di lokasi.Tempat itu dipilih Pak Dubes untuk janjian kongko bareng Minggu sore  (12/2). Setengah jam sebelumnya Rosan yang men-shareloc cafe itu.

Tiba di sana, cafe sudah penuh, hanya menyisakan tiga seat saja. Itu pun mejanya sharing dengan tamu lain. Saya datang bertiga dengan putra saya dr Yassin Bintang dan istrinya, dr Abigail Audity dari Klinik Keluarga Indonesia Bamed yang men-support Kami, salah satu dari 7 brand fesyen Indonesia yang tampil di New York Fashion Week tahun ini.

Mayoritas pengunjung cafe Maman, anak-anak muda seusia dia. Mudah-mudahan tidak ada pengunjung yang mengejek dalam hati "ngapain kakek-kakek ada juga di sini".

Sepuluh menit menunggu, Dubes Rosan datang. Bersama Sekjen Kementerian Perdagangan RI Suhanto, dan Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Didi Sumedi, beserta rombongan staf Kemendag.

Para pejabat tinggi negara itu baru saja pulang menyaksikan happening art brand fesyen Indonesia di Times Square. Meja untuk kongko kami berempat ternyata sudah di-book oleh Dilla staf Kemendag yang datang dari LA. Sehingga kami pun pindah ke meja yang lebih leluasa untuk kongko.

Lantunan Al Quran

Di luar, udara New York amat dingin. Tetap memakai coat di dalam ruangan, tentu akan pengap  karena ruangan sudah dihangatkan oleh heater. Suara riuh pengunjung Times Square sesekali menyelinap masuk ruangan. Juga lantunan ayat suci Al Quran yang merdu dari pengeras suara gerobak tukang kebab di pojok jalan.

Dubes Rosan dan istri, Ayu Heni, dari Washington DC datang ke New York khusus untuk menyaksikan pagelaran fesyen 7 brand Indonesia di runway New York Fashion Week 2023. Memenuhi janjinya yang disampaikan  ketika menerima  audiensi desainer 7 brand Indonesia itu di KBRI Jumat petang  (10/2).

"Tahun lalu KBRI ikut juga support brand Indonesia di acara itu," kata Rosan.

Begitu juga dengan Suhanto dan Didi Sumedi yang memang menjadi sponsor utama 7 brand Indonesia di NYFW. Keduanya  ditugaskan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan untuk mengawal langsung tim Indonesia.

"Pak Dirjen dan saya yang mengawal talent-talent kita di sini," kata Suhanto.

Tidak cukup itu. Semua staf Kemendag yang bertugas di AS juga diminta kumpul di New York untuk menyukseskan acara Indonesia Now.  Suhanto dan Didi baru tiba Minggu pagi di New York.

Pentas mode dunia NYFW berlangsung 9-14 Februari. Tim fesyen Indonesia tampil Senin siang (13/2). Menurut Dubes Rosan, Ketua DPR RI, Puan Maharani juga akan hadir men-support tim fesyen Indonesia itu. Puan berada di New York untuk menghadiri UN Parliamentary Hearings, 13-14 Februari. Dia akan menyempatkan hadir di sela-sela acara di gedung PBB.

Kisah hantu

Banyak cerita menarik dari kongko bersama Dubes Rosan. Yang paling menarik kisah ringan tentang KBRI yang sejak lama diisukan berhantu.

Rosan tidak menampik  isu itu. KBRI di Washington DC yang dibeli pemerintah Indonesia tahun 1951 berasal dari gedung yang dibagun tahun 1901. Sekarang berusia lebih 120 tahun. Gedung KBRI dibeli di masa Duta Besar Indonesia pertama untuk Amerika Serikat Ali Sastroamidjojo (1950-1953). Harganya masih 335 ribu dollar AS.

"Sekarang nilainya hasil apraisal terbaru sudah 100 juta USD," kata Rosan.

"Tahun depan akan direnovasi. Presiden Jokowi sudah menyetujui," sambung Rosan.

Sudah lama sebenarnya rencana untuk merenovasi gedung tersebut. Tapi baru sekarang dapat persetujuan pemerintah. Menyadari bangunan sudah lebih seabad, pemerintah kota DC juga sudah mengingatkan untuk merenovasi gedung KBRI.

Rosan menganggap biasa saja kisah hantu itu yang sudah diketahui dan ditanggapi biasa saja oleh seluruh staf KBRI.

"Saya juga pernah alami, tetapi  tidak menganggu," kisah pengusaha mantan Ketua Umum Kadin itu.

Suatu malam, ceritanya, saat mengambil wudhu dia mendengar suara berisik. Ia meneruskan berwudhu, mencoba tidak perduli. Saat mulai mendirikan shalat, bunyi berisik kembali terdengar. Terdengar suara seperti menggedor-gedor pintu dan lantai.

Spontan Rosan mengucap, "sudah dong, kita kan sudah saling kenal."

Di luar dugaan suara itu berhenti. Padahal, Rosan berbahasa Indonesia waktu mengucap "mantra" itu.

"Sejak itu tidak pernah ada lagi," kisah Rosan.

"Boleh ditest menginap tuh Pak Hanto," saya menyelak.

"Nggak ah," sahut Suhanto mengelak.

Cerita menarik lainnya tentang diaspora kita yang tinggal di benua AS. Mereka bisa survive. Banyak yang berhasil menjadi pengusaha besar.

"Di AS, asal mau kerja pasti bisa hidup," katanya.

Pekerjaan banyak. Pemberi kerja tidak perduli apakah pendatang legal maupun tidak. Yang penting tidak berbuat kriminal. Atau keluar dari AS, sebab begitu keluar baru di-blacklist.

Jumlah WNI kita di AS sekitar setengah juta jiwa, termasuk sekitar 12 ribu jiwa di New York. Itu yang tercatat. Di luar itu entah berapa.

Hari mulai gelap, kisah-kisah ringan yang menarik masih banyak, tapi cafe Maman sudah  mematikan lampu, tanda mau tutup. Kami pun mengakhiri kongko.

Terima kasih Pak Dubes Rosan, Pak Hanto, dan Pak Didi yang sudah berbagi cerita.

New York, 13 Februari 2023

*Penulis adalah wartawan senior.