Pengamat Intelijen: Jika Ketegangan Laut Cina Meningkat, Kerawanan IKN jadi Meningkat 

Pengamat pertahanan, Ngasiman Djoyonegoro saat hadiri Forum Strategi II Pasis Dikreg Seskoal Angkatan ke-61, Kamis kemarin (25/6)/Ist
Pengamat pertahanan, Ngasiman Djoyonegoro saat hadiri Forum Strategi II Pasis Dikreg Seskoal Angkatan ke-61, Kamis kemarin (25/6)/Ist

Proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN ) yang menjadi agenda nasional jangan hanya memprioritaskan aspek infrastruktur semata. Aspek pertahanan juga perlu diperhitungkan untuk menjamin proyek tersebut berkelanjutan.


Pengamat intelijen, pertahanan dan keamanan Ngasiman Djoyonegoro mengatakan bahwa aspek pertahanan perlu dipertimbakan karena potensi munculnya ancaman, tantangan dan gangguan harus dipetakan secara detail.

Analisa pria yang karib disapa Simon ini, IKN berada di jalur Air Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II dan berpotensi menjadi wilayah perlintasan kapal selam aliansi militer AUKUS.

"Terutama jika ketegangan di Laut China Selatan (LCS) meningkat. Kerawanan IKN jadi meningkat," kata Ngasiman Djoyonegoro dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (26/5).

Ia mengaku menyampaikan hal itu di hadapan Forum Strategi II Pasis Dikreg Seskoal Angkatan ke-61, Kamis kemarin (25/6).

Simon menjelaskan bahwa AUKUS adalah aliansi militer tiga negara, Australia, Inggris, dan Amerika yang merespons situasi di LCS. Dalam kesepakatannya, Amerika memberikan bantuan kapal selam tenaga nuklir kepada Australia.

Catatan Simon, untuk membawa kapal selam dari Australia ke LCS, kapal selam itu tentu harus melewati Indonesia. Rute paling dekat adalah jalur ALKI II.

Potensi ancaman lainnya, tambah Simon, kemajuan ekonomi di jalur IKN, memposisikan ALKI II sebagai kawasan yang terbuka. Tidak hanya terhadap perdagangan komoditas legal, tetapi juga komoditas ilegal, seperti narkoba, black market hingga perdagangan manusia.

"Situasi ini menuntut banyaknya titik poin pertahanan, utamanya oleh TNI. Termasuk, operasi dan patroli. TNI harus mempersiapkan diri dengan program dan peralatan yang lebih canggih," kata pria yang juga Rektor Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal Jakarta ini.