Kesaksian Amang Mawardi Terhadap Wartawan Legendaris Dituangkan Dalam Karya “Senja Keemasan Peter A. Rohi”

Amang Mawardi bersama Joaquim Rohi, putra almarhum Peter A. Rohi di sela-sela lauching buku di Balai Wartawan PWI Jatim, Jl. Taman Apsari Surabaya, Kamis (15/6)/Ist
Amang Mawardi bersama Joaquim Rohi, putra almarhum Peter A. Rohi di sela-sela lauching buku di Balai Wartawan PWI Jatim, Jl. Taman Apsari Surabaya, Kamis (15/6)/Ist

Kesaksian wartawan senior Amang Mawardi soal perjalanan hidup sosok wartawan legendaris, Peter A.Rohi yang dituangkan dalam karya “Senja Keemasan Peter A.Rohi”, mendapat apresiasi banyak pihak. 


Dalam launcing bukunya di Balai Wartawan PWI Jatim, Jl. Taman Apsari Surabaya, Kamis (15/6) kemarin, Amang membeberkan kisah persahabatannya dengan Peter A.Rohi, sesama profesi wartawan dan alumni Stikosa-AWS. 

Dalam acara ini hadir sebagai pembicara Prof Dr. Hotman Siahaan, guru besar Fisip Unair; Lutfil Hakim, Ketua PWI Jatim; Henky Kurniadi, Ketua Komunitas Seni Budaya Seduluran Semanggi Suroboyo; Joaquim (Inyo) Rohi, putra almarhum Peter A.Rohi, yang tinggal di Moskwa, Staf Atase Pertahanan di KBRI Rusia; dan Dhimam Abror sebagai tambahan terakhir. Acara dipandu oleh wartawan senior Toto Sonata, yang juga teman almarhum Peter A.Rohi.

Menurut Amang, dirinya mulai menulis sosok Peter A.Rohi setelah yang bersangkutan tutup usia.

"Saya mulai nulis tepat dua hari setelah Peter meninggal. Awalnya saya menulis satu halaman dan diupload di Facebook. Tapi kemudian jadi keterusan hingga jadi 20 seri. Setelah itu banyak teman dan sahabat yang meminta agar tulisan serial tersebut dibukukan,” kenang mantan wartawan harian Pos Kota ini yang juga sudah menulis 17 judul buku dikutip Kantor Berita RMOLJatim.

Dalam lauching tersebut, Amang membagikan gratis 30 ekslempar buku "Senja Keemasan Peter A. Rohi" sesuai urutan daftar hadir. 

Khusus buku yang dibagikan ini,  oleh Lutfil Hakim diberi tambahan "jaket" cover tebal dengan opini beberapa tokoh di cover belakang. Dan salah satu yang cukup menggelitik Amang adalah komentar Dhimam Abror.

"Peter A. Rohi adalah pengamal jurnalisme tasawuf yang sudah mencapai macom zuhud. Ia sudah melampaui semua urusan duniawi. Ibarat seorang sufi ia merasakan kenikmatan tertinggi melalui laporan jurnalisme yang manunggal dalam jiwanya. Ia menyatu  bersama dedikasi dan kecintaannya terhadap jurnalisme yang ia bawa dalam keabadian."

Dikatakan Amang buku setebal 150 halaman dengan konten 22 tulisan itu dicetak pada November 2021. Berhubung covid-19 sekitar saat itu belum reda juga, maka tak ada peluang untuk mendiskusikannya. 

Sampailah saat Inyo pulang kampung dari Rusia. Suatu hari Amang dijapri Henky Kurniadi dan diajak bertemu.

Dari pertemuan itu, akhirnya timbul ide untuk mengadakan bincang buku tersebut, yang ternyata di-welcome hangat oleh PWI Jatim. 

Berikut kesaksian lengkap Amang Mawardi terkait penulisan buku berjudul “Senja Keemasan Peter A.Rohi”: 

Peter A. Rohi salah satu wartawan yang menjadi role model tidak saja bagi saya, juga wartawan-wartawan yang mendambakan atmosfer kehidupan pers sebagaimana kredo yang selama ini terus digenggam Peter bahwa puncak dari junalistik adalah kemanusiaan. 

Saya mengenalnya sejak sekitar 4S tahun lalu saat saya mengawali sebagai mahasiswa Akademi Wartawan Surabaya (AWS) pada tahun 1975, dimana ketika itu Peter adalah Ketua Senat Mahasiswa AWS. 

Di kalangan teman-teman mahasiswa AWS, Peter yang (waktu itu) anggota KKO (Marinir) dikenal sebagai sosok yang familiar. 

Saat itu Peter merangkap sebagai wartawan majalah Skets Massa di Surabaya yang pada kemudian hari menjadi koresponden Harian Sinar Harapan. Setelah itu saya lebih mengenal Peter sebagai sosok yang gigih, militan, dan idealis. 

Berita-berita yang ditulisnya sering menjadi head line dan menasional bahkan menjadi perhatian internasional. 

Saat awal-awal di kampus AWS, saya bekerja di sebuah industri di kawasan Surabaya Timur yang dua tahun kemudian diterima menjadi koresponden Harian Pos Kota di Surabaya. 

Sejak saat itu sampai sekian puluh tahun kemudian, saya dan Peter dalam konteks persahabatan sesama teman pergaulan maupun sebagai jurnalis, sering bertemu pada forum-forum diskusi maupun di medan liputan jumalistik. 

Dalam konteks persahabatan yang mencakup dua unsur tersebut, Peter adalah salah satu wartawan di luar Pos Kota yang menghadiri acara pernikahan saya di Magelang, Jawa Tengah, pada tahun 1981. Begitulah persahabatan saya dengannya, sampai akhirnya saya mendengar berita duka bahwa Peter A. Rohi penerima gold card dari Dewan Pers ini meninggal dunia pada 10 Juni 2020, dimana didahului dengan sakit selama dua tahun lebih, menyusul Bu Peter (istrinya) yang lebih dulu menghadap Sang Khalig sekian bulan sebelumnya. 

Kabar duka meninggalnya Peter A. Rohi menjadi perhatian banyak sahabat wartawan, seniman, kalangan perguruab tinggi, aktivis LSM, dan para pejabat, yang selama mengenal sepak terjang Peter sebagai sosok yang selalu komit terhadap tugas-tugas jurnalistik demi memperjuangkan nila: nilai humanisme yang patriot-nasionalistis. 

Sebagai seorang yang begitu terkesan dengan kiprah Peter A. Rohi, kelebatan-kelebatan memori tentang persinggungan saya dengan sosok jurnalis pemberani ini, kemudian saya tulis di Facebook dalam serial harian lebih dari 20 judul tulisan saya mulai dua hari setelah meninggalnya. 

Peter menutup mata selama-lamanya dalam usia 78 tahun, meninggalkan putra-putrinya: Engelbert Johanes Robi (Jojo), Manja Marianova Rohi (Maya), Don Peter Robi Jr. (Oni), Joaguim LV Rohi (Inho), Willmar Do Nataga Kant Rohi (Taga), para cucu dan menantu serta pengagum karya-karya jumalistiknya. 

Ketika tulisan tentang persinggungan saya dengan Peter A. Rohi ini saya turunkan di medsos tersebut, banyak yang mengendaki supaya dibukukan. Berkat bantuan Mas Jojo, Mas Inyo, Mas Henky Kurniadi, Pak Toto Sonata, Mas Alek Subairi serta teman-teman semuanya, terbitlah buku berjudul: Senja Keemasan Peter A. Rohi.

Untuk itu ucapan terima kasih saya sampaikan sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah memperlancar terbitnya buku ini, dengan harapan mohon dimaafkan jika hadir kekhilafan yang saya perbuat.