Membanggakan, Atlet Renang SLOMPN Unesa Raih Emas dan Pecahkan Rekor Ajang Festival Akustik Indonesia di Bogor

foto/RMOLJatim
foto/RMOLJatim

Atlet renang Sentra Latihan Olahragawan Muda Potensial Nasional (SLOMPN) Unesa, Bilqish Wijiningtyas Nurma N berhasil meraih medali emas dalam ajang Festival Akustik Indonesia yang diadakan oleh Pengurus Besar (PB) Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) di Bogor beberapa waktu lalu.


Dalam ajang itu, Bliqish yang mewakili daerah Jawa Timur, terjun di grup 3 usia 12-13 tahun nomor 50 meter gaya kupu-kupu. Tidak hanya berhasil meraih medali emas, Bilqish juga berhasil memecahkan rekor nasional dengan catatan waktu 28,84 detik. 

Torehan itu mematahkan rekor nasional sebelumnya, yang dipegang Sofie Kemala Fatiha dengan 29,03 detik yang dicetak di Jakarta pada 22 Oktober 2014.

Pelatih renang SLOMPN Unesa, Bayu Pramono Agung mengaku gembira dengan prestasi yang diraih anak didiknya itu. 

Catatan waktu itu menjadi modal bagus bagi Bilqish untuk mengembangkan kemampuannya, saat terjun ke even nasional selanjutnya.

“Kalau dari persiapan, pelatih tetap melanjutkan apa yang sudah diprogramkan secara program jangka panjang,” katanya.

Dia mengatakan, pihaknya terus mengasah kemampuan dan disiplin para atlet yang ikut dalam pelatihan SLOMPN Unesa. Dengan tekun latihan dan menjaga kedispilinan tinggi, dirinya optimis para atlet akan meraih hasil maksimal pada masa mendatang.

Syarat untuk menjadi juara, terang Bayu Pramono adalah memiliki tingkat disiplin tinggi. Akan tetapi, semua kembali lagi ke atletnya, apakah dia mampu memaksimalkan disiplin latihannya mulai dari disiplin teknik, fisik, dan recovery.

“Sehingga dapat dilihat sendiri atlet ini mampu memaksimalkan hasil disiplin latihannya. Harapan saya, atlet terus konsisten untuk terus meningkatkan tingkat disiplinnya,” tambahnya.

Bayu mengaku, menghadapi sejumlah tantangan dalam menangani atlet SLOMPN Unesa yang tergolong masih di bawah umur. Selain adanya rasa jenuh, ego para atlet harus dikontrol agar mereka terus disiplin dan menjaga motivasi berlatih di asrama dan pusat latihan.

“Kendala yang paling sulit menurut saya karena kita menggunakan sistem asrama sehingga atlet akan mencapai titik jenuh karena semua izin terkontrol. Jadi, harus sering-sering mengingatkan dan menanamkan untuk meningkatkan tingkat disiplin dan mengalahkan ego dari sisi atlet,” imbuhnya.

Dia mengaku terus memberikan suntikan motivasi bagi atlet yang bertanding tersebut. Sehingga, mereka bisa mengerahkan kemampuannya dengan maksimal dan memecahkan rekor untuk kelompok umur yang dipegang oleh atlet lain sejak tahun 2014 lalu.

“Karena pada dasarnya, mereka pun masih dalam proses menginjak remaja yang mana teman-teman yang lain secara umum bermain ke sana kemari, tapi mereka fokus untuk berlatih,” pungkasnya.