Merapat Ke Koalisi Perubahan Langkah Tepat PDIP

Megawati Soekarnoputri dan Anies Baswedan. Foto: ist
Megawati Soekarnoputri dan Anies Baswedan. Foto: ist

LANGKAH rasional perlu dilakukan dalam rangka memahami dinamika politik yang terjadi. Anies yang awalnya dijadikan musuh bersama oleh Jokowi dan Koalisi Istana, nampaknya agak bergeser, kini arah musuh bersamanya mulai berubah. Terjadi perang saudara didalam Koalisi Istana, seperti yang terjadi pada kisah Mahabarata. Hubungan Megawati dan Jokowi yang sejatinya hubungan "saudara", keluarga besar PDIP, antara anak dengan ibu, kini menjelma menjadi perebutan pengaruh dan kekuasaan. Ibarat gajah bertarung pelanduk mati ditengah.

Ganjar bagi Megawati bukanlah pilihan awal, Pilihan awal adalah Puan yang memang sudah dipersiapkan. Ganjar adalah produk yang dibuat oleh Jokowi yang diakomodir oleh Megawati. Sebagai politisi yang berpengalaman, Megawati tentu melihat gelagat kurang baik dibalik penyodoran Ganjar. Ganjar hanya berbekal hasil survey, disatu sisi lemah dalam prestasi. Bahkan Ganjar belepotan dengan kasus Wadas dan kemiskinan di Jateng, meski saat itu sudah diumumkan bahwa Ganjar adalah Capres PDIP. Ironi bagi PDIP, klaim partai wong cilik, tapi banyak wong cilik di Jateng menjadi korban kebijakan Ganjar sebagai petugas partainya.

Konstelasi internal PDIP dan Koalisi Istana inilah yang membuat Ganjar sebagai pelanduk harus bersikap, kalau tidak, dia akan mati ditengah, pilihan Ganjar hanyalah bertahan di Partai dan setia, sukarela menyatakan mengundurkan diri dari pencapresan, atau meninggalkan PDIP dan bergabung dengan partai politik lain, sebagaimana yang sudah dilakukan oleh Jokowi.

Ganjar yang digadang gadang akan menjadi pelanjut Jokowi, nampaknya di internal PDIP juga menimbulkan perlawanan, banyak kader PDIP yang juga terang terangan menyatakan ketidak setujuannya  terhadap pencalonannya. Mereka berpindah ke Koalisi lain, baik ke Prabowo maupun ke Koalisi Perubahan. Hal ini dipicu karena Prestasi Ganjar dianggap tak ada dan survey Ganjar stagnan dan cenderung menurun.

Berpindahnya arah dukungan Golkar dan PAN ke Prabowo semakin menegaskan bahwa PDIP mengalami pergeseran pengaruh, PDIP menjadi partai yang tak seksi lagi, tak banyak diminati lagi, tentu ini tak bisa dilepaskan dari pengaruh Jokowi yang masih kuat di kalangan Istana dan koalisinya.

Untuk itulah maka dilancarkan sebuah serangan udara agar semakin melemahkan PDIP, survey Ganjar dibuat stagnan dan cenderung menurun, elektabilitas Prabowo meningkat, dukungan yang awalnya ke Ganjar melalui permainan media sosial kinipun bergeser kepada Prabowo. Meski masih malu malu menempatkan Ganjar merosot, tapi terjadi upaya sistematis untuk menjatuhkan Ganjar. Ini tentu bisa diduga agar kepercayaan diri sebagai pemegang mandat pencapresan bisa berubah.

Disatu sisi hasil polling  independent yang dilakukan melalui berbagai media cenderung menempatkan Anies sebagai calon yang elektabilitasnya paling tinggi.

Posisi Anies yang semakin bisa diterima dan menguat, tentu tidak bisa dianggap enteng, apalagi media media sudah mulai menerima kenyataan tentang elektabilitas Anies, diluar jaringan Metro TV dan TV One, media seperti Kompas juga dalam survey independent menempatkan Anies pada posisi yang kuat dan siginifikan antara fakta lapangan dan fakta pilihan. Terjadi linieritas, tak seperti yang terjadi pada kandidat lain.

Lalu apa yang perlu dilakukan oleh Megawati sebagai pemegang mandat di PDIP?  Megawati tentu bisa saja melakukan apapun tanpa harus melalui rapat dalam rangka menyelamatkan partai dan pemenangan capres-cawapres. Jokowi yang diharapkan tidak cawe cawe di internal partainya, ternyata tak mampu menahan ambisi kuasa dan cawe cawenya. Tak bisa di PDIP, Jokowi melabuhkan cawe cawenya ke Prabowo, Golkar dan PAN. Golkar dan PAN yang sudah jelas jelas datang ke PDIP membangun kesepahaman, kini meninggalkan PDIP sendirian. PDIP kini seolah menjadi musuh bersama dari Koalisi Istana yang terdiri dari Gerindra, Golkar, PAN  PKB dan PSI. Hal ini tidak terlepas dari sikap Hasto Sekjend PDIP yang congkak dan merasa percaya diri.

Pilihan realistis Megawati tentu bagaimana kuasa terhadap partai terjaga dan kekuasaan yang dimandatkan ke Jokowi tak beralih. Berharap ke Jokowi tentu sangat tipis, apalagi Jokowi juga secara terang terangan menunjukkan arah dukungan ke Prabowo. Bagi Megawati sikap Jokowi sudah durhaka. Ibarat anak durhaka kepada orang tua. Diasuh dan dibesarkan, kini malah melawan. 

Pilihan realistis PDIP adalah melabuhkan dirinya pada Koalisi Perubahan bersama Anies. Pilihan ini akan menjaga marwah partai dan trah Soekarno, mengapa? Karena Anies tak punya kepentingan apa apa terhadap PDIP, Koalisi Perubahan adalah Koalisi yang jelas jelas pro rakyat, perubahan yang dilakukan adalah dalam rangka memperbaiki kebijakan yang selama ini dianggap mencederai "wong cilik", ada irisan yang melekat dengan cita cita Bung Karno. 

Lalu apalagi yang ditunggu Megawati? Mari kita tunggu kejutan kejutan lanjutan menjelang pendaftaran capres. Bagi relawan tentu harus bisa menahan diri, tidak larut dalam kegaduhan dan percaya bahwa apa yang dilakukan Anies dan Koalisi Perubahan adalah hal terbaik bagi kepentingan bangsa.

Kolumnis dan Akademisi