Demokrasi Bising

Ketua Harian DPD PAN Banyuwangi, Danu Budiyono/ist
Ketua Harian DPD PAN Banyuwangi, Danu Budiyono/ist

MEMBACA berita tentang calon presiden 2024, mengingatkan pada istilah psikologi "Stockholm Syndrome". 

Jatuh cinta, kadang, membuat lupa pada luka. Bahkan perubahan terjadi begitu cepat pada koalisi perubahan itu sendiri. 

Realese dari Sekjend partai Demokrat pun mengatakan terjadi penghianatan. 

Melihat konstelasi politik yang menghangat, bahkan cenderung membara sejak kemarin rasanya demokrasi kita akan tumbuh berkembang. 

Ciri demokrasi iya begitu ramai, sering gaduh karena beda pendapat, pro kontra pada satu dan banyak masalah. Termasuk pecah koalisi, lari dari koalisi. 

Ada yang mendukung penguasa, dan ada yang beroposisi. 

Realita ini harus diterima sebagai konsekuensi kita menganut demokrasi. 

Begitulah, kadang bising sesekali gaduh. Kita telah memilih jalan ramai itu, jalan demokrasi.   

Membaca berita perkembangan politik akhir-akhir ini khususnya urusan Copras Capres menurut hemat kami, capres yang paling diuntungkan bahkan tak bisa disetir dari belakang hanya Prabowo Subianto. 

Tidak seperti kandidat capres lainnya yang berstatus sebagai 'petugas partai', Prabowo justru sosok yang memiliki hak prerogratif di Gerindra, di situlah menangnya. 

Lebih berwibawa dan tidak gampang lawan politiknya menjatuhkannya. 

Saya kira beliau sangat pantas dan cocok diduetkan Erick Tohir. Selain kombinasi yang pas dan dapat diterima semua pihak. Dimana Erick kami dorong PAN (termasuk PAN Banyuwangi) beliau juga tokoh yang bisa diterima dimana saja, di kalangan pecinta olahraga, pengusaha, birokrat maupun dari latar belakang sosial golongan agama apapun.

*Ketua Harian DPD PAN Banyuwangi