Punya Potensi Ekonomi, Para Alumni Unair Ajak Warga Olah Sampah Rumah Tangga Pakai Komposter

Potensi ekonomi
Potensi ekonomi

Generasi Alumni Muda UB-ITS -UNAIR bersama Ganjar atau Ganjar Creasi (G-Creasi) mengajak warga Kota Batu, Jawa Timur (Jatim) untuk mengolah sampah rumah tangga menggunakan komposter lantaran punya potensi ekonomi tinggi. 


Hal itu disampaikan G-Creasi melalui ‘Pelatihan Pembuatan Komposter Rumah Tangga dan Pemanfaatan Sampah Menjadi Produk Ekonomis’ di Jalan Mbah Joyo, Bumiaji, Kota Batu, Jatim pada Sabtu (16/9/2023). 

“Hari ini kami melaksanakan pelatihan yang mana dari sampah yang sebetulnya tidak mempunyai nilai ekonomi apapun, itu menjadi nilai ekonomi,” kata kata Koordinator Wilayah (Korwil) G-Creasi Jatim, Ilham Hasan di lokasi. 

Adapun, komposter merupakan alat untuk membuat kompos dari bahan dasar sampah basah atau sampah organik yang mudah membusuk, seperti sisa makanan, daun, hingga rerumputan. 

Komposter rumah tangga menggunakan bahan dasar pipa paralon, elbow, dan ember tong sebagai wadah sampah. Kemudian ember itu dimasukkan maggot atau belatung sebagai pengurai sampah menjadi bahan kompos yang bernilai jual. 

“Nah, dari maggot itu, nanti bisa dijual menjadi pakan ayam atau menjadi minyak maggot dan kemudian kotoran dari maggot itu pun bisa digunakan sebagai pupuk karena di Kota Batu ini adalah sentra pertanian, baik itu jeruk, apel, dan sebagainya,” imbuhnya. 

Sementara itu, pemateri sekaligus praktisi pengolahan sampah Kota Batu, Gilang Ady Permana menyebut komposter merupakan alat serbaguna yang bisa digunakan untuk rumah tangga. 

Pasalnya, selain sebagai alat mengolah sampah, komposter itu juga bisa digunakan untuk menciptakan produk bernilai jual. Seperti eco enzim (pestisida alami), pupuk organik, hingga maggot itu sendiri. 

“Nanti dari sisa maggot ini dan sisa pengolahan pupuk organik ada yang namanya air lindi, atau air serapan dari sampah organik,” kata Gilang. 

Menurut Gilang, potensi ini harus dimaksimalkan warga Kota Batu. Apalagi berdasarkan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kota Batu, luas perkebunan apel di Kota Batu saja seluas 1.200 hektare pada 2022. 

“Saya kira ini sangat berpotensi sekali ya, apalagi kalau kita lihat dari segi geografisnya sendiri Kota Batu termasuk dataran tinggi yang di mana sektor pertaniannya tinggi,” sambungnya. 

Sebab itu Gilang berpesan kepada warga Kota Batu memanfaatkan hasil pengolahan sampah sebagai komoditi yang bisa meningkatkan peremonomian rumah tangga. 

“Ini pesan untuk warga Batu, harapannya mari kita bersama-sama menyelesaikan masalah sampah. Kita harus meningkatkan ekonomi kita sendiri, kita juga harus semangat membantu dan membahu seperti sosok Bapak Ganjar yang suka menolong satu sama lainnya,” pungkasnya.