Prof Katherin Indriawati Kembangkan Strategi Peningkatan Availability Sistem Kontrol Modern

Guru besar ITS Prof Dr Katherin Indriawati ST MT/Ist
Guru besar ITS Prof Dr Katherin Indriawati ST MT/Ist

Guru besar dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Dr Katherin Indriawati ST MT meneliti peningkatan peluang sistem kontrol modern dalam menjalankan pekerjaan tanpa kegagalan.


Penelitian dilatarbelakangi perkembangan teknologi yang telah mengubah berbagai sistem, tak terkecuali sistem kontrol.

Katherin memaparkan bahwa pada perkembangan sistem kontrol modern, otomasi mengakibatkan berkurangnya keterlibatan manusia dalam pekerjaan. Hal ini menyebabkan gangguan dan kendala teknis yang tidak bisa dihindari.

“Banyak risiko yang akan terjadi jika gangguan pekerjaan tidak diminimalisir,” ujar Katherin dalam keterangan tertulis dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Jumat (22/9).

Guna meminimalisir gangguan tersebut, lanjut Katherin, sistem kontrol modern memerlukan availability yang tinggi.

Guru besar ke-164 ITS ini menjelaskan bahwa availability merupakan peluang keberhasilan pekerjaan dalam suatu sistem. Meningkatnya peluang tersebut dapat diukur melalui sejumlah indikator antara lain redundansi komponen, diagnostik, hot swapping, perubahan online, dan virtualisasi.

Kelima poin indikator tersebut dioptimalkan dengan tiga strategi yang dikembangkan oleh Katherin.

Melalui orasi ilmiahnya yang bertajuk Peningkatan Availability Pada Sistem Kontrol Modern, Katherin mengusung strategi sensorless control, Fault Tolerant Control (FTC), serta deteksi dan diagnosis kesalahan.

“Perlu strategi kontrol yang lebih kompleks untuk menjamin keberhasilan pekerjaan,” ujar ungkap Profesor dari Departemen Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem (FTIRS) ITS tersebut.

Dia mengungkapkan bahwa sensorless control menggantikan keberadaan sensor yang biasa digunakan dalam mengontrol suatu variabel proses. Karena tidak menggunakan sensor, strategi ini memerlukan biaya yang terjangkau dan dapat digunakan pada kondisi sulit.

“Poin indikator yang dicapai pada strategi ini adalah virtualisasi,” jelas alumnus doktoral Teknik Elektro ITS ini.

Dosen kelahiran Jember ini menjelaskan strategi berikutnya, yakni Fault Tolerant Control (FTC) yang merupakan pengendali kestabilan sistem jika terjadi kesalahan pada komponen.

Dalam pengembangan pengendali ini, Katherin mengajukan struktur kontrol baru yang dapat menentukan jenis kesalahan, sehingga FTC dapat digunakan dalam sensorless control. “Indikator redundansi komponen, hot swapping, dan perubahan online dapat tercapai dengan FTC,” paparnya.

Strategi ketiga yaitu deteksi dan diagnosis kesalahan yang memanfaatkan sinyal aru, dia menuturkan bahwa sinyal arus dapat menggantikan sinyal getaran dalam mendeteksi kesalahan sistem. Strategi ini dilakukan guna mencapai poin redundansi analitik dan diagnostik. “Sehingga potensi kegagalan sistem dapat terdeteksi lebih dini,” imbuh ibu satu anak ini.

Dalam proses penelitian, Katherin mengaku butuh lima tahun untuk menghasilkan luaran berupa kebaruan ilmu mengenai sistem kontrol modern. Ia menjalani berbagai eksperimen, salah satunya yaitu sistem speed sensorless FTC motor servo DC guna menguji efektivitas ketiga strategi dalam mencapai poin peningkatan availability, dia berpendapat bahwa suatu sistem kontrol disebut gagal apabila tidak memiliki sistem untuk mengakomodasi kesalahan.

Penelitian Katherin tidak hanya meningkatkan availability sistem kontrol modern, tetapi juga mendukung sektor industri secara berkelanjutan. Peningkatan availability dapat membantu industri dalam efisiensi energi, minimalisasi limbah dan meraih keuntungan optimal.

Di samping itu, ia berharap agar konsep keilmuan ini dapat berkembang ke bidang yang lebih luas seperti sosial masyarakat. “Sistem kontrol modern menjadi teknologi yang menerapkan solusi berkelanjutan di industri dan masyarakat,” tandasnya.