Predikat Jawa Timur Sebagai Lumbung Gula Nasional Bertahan Berkat Kontribusi Petrokimia Gresik

Petani di Gresik
Petani di Gresik

Petrokimia Gresik, perusahaan Solusi Agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia melanjutkan tren positif program Makmur dalam rangka mempertahankan posisi Jawa Timur sebagai lumbung gula nasional berkolaborasi dengan Pabrik Gula (PG) Rajawali I.


Hal tersebut disampaikan Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo pada acara "Panen dan Tanam Program Makmur Komoditas Tebu" di Desa Bakalan, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, yang diikuti oleh Asisten Deputi Bidang Industri Pangan dan Pupuk Kementerian BUMN, Zuriyati Simbolon.

Menurut Dwi Satriyo, bahwa hasil panen Program Makmur musim tanam 2022-2023 ini mampu mencapai 112 ton per Hektare (Ha) atau meningkat sekitar 9,4 persen dibandingkan produktivitas petani tebu sebelumnya, yaitu hanya 102,4 ton/Ha.

Data Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia menyebutkan, tahun 2022 produksi gula di Jawa Timur mencapai 49,55 persen atau sebanyak 1,19 juta ton dari total produksi gula nasional yang berada di angka 2,4 juta ton. 

"Melalui Program Makmur komoditas tebu salah satunya di Kabupaten Malang yang merupakan lumbung gula jawa timur, mampu berkontribusi positif terhadap peningkatan produktivitas gula nasional," ujarnya, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Jumat (29/9).

"Dampak positif lainnya dari peningkatan hasil panen ini, pendapatan petani pun turut bertambah menjadi Rp 105 juta untuk setiap Hektarnya, dari sebelumnya hanya memperoleh Rp 96 juta. Artinya ada peningkatan pendapatan sebesar Rp 9 juta per Hektare," katanya.

Sementara di tahun ini lanjut Dwi Satriyo Petrokimia Gresik mendapatkan amanah untuk menjalankan Program Makmur di lahan seluas 99.000 Ha dengan berbagai komoditas.

"Pada akhir Agustus 2023 kemarin, Petrokimia Gresik telah berhasil merealisasikan Program Makmur seluas 102.589 Hektare (Ha), atau  104 persen dari target. Sedangkan khusus pada komoditas tebu, telah terealisasi di lahan seluas 35.481 Ha. Realisasi tersebut salah satunya berhasil dicapai melalui kerjasama dengan PG Rajawali I di Kab. Malang ini," tuturnya.

Dwi Satriyo menambahkan, selain PG Rajawali I, berhasilnya Program Makmur di Malang ini juga hasil kolaborasi dengan sejumlah stakeholder penting lain. Seperti, Pemerintah Kabupaten Malang, Bank BNI, Bank Jateng, Bank BTN, serta pihak terkait lainnya. 

"Program Makmur ini menjadi kolaborasi di antara perusahaan BUMN, sekaligus ekosistem yang saling terintegrasi dan berkelanjutan dengan melibatkan stakeholder pada hulu dan hilir bidang usaha pertanian," imbaunya.

Dalam program ini sambung Dwi Satriyo, Petrokimia Gresik bertugas menjamin pasokan pupuk komersil dan melakukan pendampingan budidaya mulai dari layanan Mobil Uji Tanah, hingga penyediaan pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman bekerja sama dengan anak perusahaan Petrokimia Gresik.

“Sebagai bagian dari Pupuk Indonesia dan BUMN, Petrokimia Gresik akan terus mendukung peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani, salah satunya melalui Program Makmur ini,” tegasnya.

Sementara, Zuryati Simbolon menyampaikan bahwa program ini lahir atas kesadaran bersama jika kekuatan pangan itu ada pada upaya dalam membangun ekosistem. 

"Dari sisi keasdepan kami, ada pupuk, ada Bulog, ada RNI (PT Rajawali Nusantara Indonesia). Kami sebenarnya sebagian besar dari ekosistem pangan ini, khususnya tebu. Jadi kenapa tidak kita integrasikan dan kita bentuk ekosistem yang kuat," ungkapnya.

Program Makmur ini, menurutnya, bukan hanya untuk tebu saja. Saat ini juga berfokus pada padi, tebu, jagung, dan kopi. Tapi karena ekosistem ini berhasil meningkatkan produktivitas, kesejahteraan petani, maka tidak menutup kemungkinan akan diterapkan di komoditas pangan lainnya.

"Saya berharap (program Makmur) tidak hanya berbicara dari hulu ke hilir, tapi juga pada riset varietas, khususnya tebu. Program Makmur pada komoditas tebu cukup berhasil, ekosistemnya sangat kuat," tandasnya.