Jangan Anggap Sepele Urusan Pemuda

Fungsionaris HMI Cabang Purwakarta, Yudha Dawami Abdas/RMOLJabar
Fungsionaris HMI Cabang Purwakarta, Yudha Dawami Abdas/RMOLJabar

SUMPAH Pemuda dicatat sebagai hari besar dan bersejarah, sehingga tanggalnya pun dijadikan hari peringatan untuk mengingatnya.

Dulu pemuda mempunyai peranan penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, karena pada saat itu pemuda sebagai subjek pembangunan, penginisiasi gerakan, tanpa lelah berjuang demi sebuah kemerdekaan.

Prototipe aktivis pemuda pada prakemerdekaan sangatlah banyak, sehingga kita tidak kekurangan referensi keteladanan yang bisa untuk ditiru. Pemuda dahulu memang banyak menghasilkan karya dan surplus tindakan, itu menjadi bagian bukti yang konkret, bahwa semangat pemuda adalah modal demi terwujudnya perubahan.

Dalam kondisi dinamika konflik dan krisis pada zaman revolusi, pemuda bisa dan mampu memetakan serta cakap membaca peluang untuk mentransformasikan peradaban baru yang dicita-citakan, sehingga mewariskan kemerdekaan yang hari ini kita rasakan.

Namun dewasa ini, nyatanya pemuda tidak banyak dilibatkan dalam persoalan penting. Kehadirannya hanya dijadikan komoditas dan objek saja. Mereka seolah hanya memperingati hari kepemudaan sebagai lip service saja, terutama para pemangku kekuasaan yang melihat sepele urusan kepemudaan.

Contoh hari ini di Kabupaten Purwakarta dilaksanakan Upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda, yang dihadiri langsung oleh Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi Machmudin, yang telah memusatkan upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda di Kabupaten Purwakarta.

Penjabat Gubernur Jawa Barat seolah menutup mata, dan minim informasi, bahwa ada segudang PR kepemudaan di Kabupaten Purwakarta yang masih belum rampung dan tuntas, isu Pengangguran Terbuka Pemuda (PTP) yang masih tinggi, Indeks Pembangunan Pemuda terendah se-Jawa barat masih mewarnai dan memberikan kontribusi data yang menghantui.

Belum lagi hal mengenai pendidikan Angka Partisipasi Sekolah (APS) ke menengah atas masih rendah. Tak usah ditampilkan datanya, karena mereka tuna netra terhadap data.

Ini sangat berbahaya! Jika para pemangku kebijakan hanya melihat fenomena ini sebatas urusan kecil, dan ditambah lagi Penjabat Bupati Purwakarta, Benni Irwan, yang sama-sama abai terhadap hal itu.

Kami sebetulnya pernah menyurati kepada Pemkab Purwakarta untuk dijadikan evaluasi, namun hasilnya tetap nihil.

Ini kado spesial sebetulnya, untuk menjadi refleksi, bahwa urusan kepemudaan harus menjadi skala prioritas pembangunan. Karena pemuda sebagai penyangga suksesnya keberhasilan. 

Penulis adalah Fungsionaris HMI Cabang Purwakarta.