Cekka Studio, Startup Pertama Karya Inovatif Alumnus ITS dari Agel

Founder Cekka Studio Nurul Idzi (kanan) saat menyambut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sandiaga Salahuddin Uno saat mengunjungi booth Cekka Studio/Ist
Founder Cekka Studio Nurul Idzi (kanan) saat menyambut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sandiaga Salahuddin Uno saat mengunjungi booth Cekka Studio/Ist

Alumnus S2 Magister Manajemen Teknologi (MMT) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Nurul Idzi menggagas startup bernama Cekka Studio yang pertama di Indonesia dengan pemanfaatan material agel sebagai bahan kerajinan rumah.


Melalui material agel, Cekka Studio ingin menggaungkan produk kerajinan ramah lingkungan dan dapat memberi dampak sosial lewat pemberdayaan masyarakat.

Dengan latar belakang lulusan S1 Desain Produk Industri (Despro) ITS, Nurul Idzi terbesit untuk melakukan inovasi desain produk dari agel.

Melalui pemanfaatan agel, Cekka Studio ingin mendobrak pengembangan produk dari alam dan memberikan dampak sosial pada komunitas dan ramah lingkungan.

“Cekka menggunakan material agel yang tidak terkontaminasi dengan bahan kimia sehingga tidak merusak lingkungan tetapi kualitas produk masih terjamin,” ujarnya dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Senin (30/10).

Menurut dia, serat agel sendiri merupakan serat daun gebang yang dipintal dan dianyam. Serat agel dapat menjadi alternatif material alam selain rotan dan eceng gondok.

Memiliki tampilan natural warna kecoklatan, agel dapat digunakan menjadi kombinasi furniture bernuansa natural. Di tangan Cekka Studio, agel disulap menjadi produk lanyard, alas gelas, gantungan dinding, dan box. Tak diragukan, kualitas material agel juga tidak mudah patah dan lebih kuat.

Berawal dari berkecimpungnya Idzi terhadap proyek dosen dalam pemberdayaan penganyam material agel, ia terbesit untuk mengembangkan bisnis agel ini.

Saat ini, Cekka Studio menggandeng Kelompok Usaha Bersama (KUB) di Dusun Sambas, Kabupaten Bangkalan. Lewat kerja sama dengan penganyam tali agel, diharapkan hadirnya Cekka Studio dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Nantinya, ibu-ibu ini akan berfokus pada produksi dan tim Cekka yang menginisiasi ide dan pemasaran,” jelas perempuan asal Situbondo ini.

Berdiri sejak bulan Agustus tahun 2020, Cekka Studio telah memenangkan beberapa nominasi meskipun di usia yang masih tergolong belia. Saat ini Cekka Studio terus berkembang dan terhimpun di bawah Inkubator Layanan Bisnis ITS (ILBI).

Terhitung, produk Cekka Studio sudah terjual hingga lebih dari 2.500 produk. Pengiriman produk juga telah sampai ke Negeri Singa atau Singapura.

Cekka Studio sendiri merupakan startup pertama Indonesia yang mengusung pemanfaatan agel. Masih awamnya material agel di kuping masyarakat menjadikan tantangan tersendiri dalam pemasaran produk.

Dalam hal ini, Idzi mengefektifkan pemasaran dengan direct selling di beberapa pameran dan bazaar. “Dengan begitu, kita bisa memberikan brand awareness pada masyarakat dan mereka dapat melihat langsung seperti apa bentuk agel,” terang founder Cekka Studio ini.

Jatuh bangun dalam perintisan usaha pun dilewati oleh Cekka Studio. Pasalnya, di awal perintisan usaha tim Cekka sempat terlewat akan kurangnya quality control produksi dan pengiriman.

Alhasil, beberapa barang menjadi defect seperti contohnya kerajinan bengkok. “Kami pun mengevaluasi bersama tim dan akhirnya menyiasari dengan membentuk tim inti quality control dan pengetatan sebelum pengiriman produk,” papar Idzi.

Ingin terus berkembang, Cekka Studio berhadap produk inovasinya lebih dikenal di lebih banyak masyarakat luas.

Tak hanya itu, Cekka Studio juga ingin merambah produknya untuk semua kerajinan rumahan yang diproduksi dengan material agel. “Jadi kita ingin menggaungkan kepada masyarakat produk kerajinan yang lebih bersahabat dengan lingkungan,” pungkas Idzi.