Beredar Baliho 'Cak Imin Menang, PKS Senang', Pengamat: Pilihan PKB Belum Tentu Pilihan Voters

Baleho di pinggir jalan
Baleho di pinggir jalan

Sejumlah baliho terpasang di beberapa ruas jalan Surabaya. Yang unik dari baliho tersebut terletak di tulisannya yang berbunyi 'Cak Imin Menang, PKS Senang'.


Menurut pemasang baliho yang tidak mau disebutkan namanya, baliho itu merupakan sebuah sindiran sekaligus bentuk kekecewaan terhadap Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 01, Muhaimin Iskandar (Cak Imin).

Pria berusia 36 tahun itu menjelaskan dirinya sejak awal penggemar Presiden Indonesia ke-4, almarhum KH Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal Gus Dur. Sebagai loyalis Gus Dur, tentu dia lebih condong ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

"Saya kagum dengan mendiang Gus Dur. Makanya saya selalu pilih PKB," ujarnya, Sabtu (10/2).

Kendati demikian, pihaknya mulai kecewa saat Cak Imin memutuskan untuk berkoalisi dengan Partai Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Pasalnya sejak era reformasi hingga sekarang, PKB dan PKS sulit bersatu. Keduanya bagai minyak dan air. 

"Saya heran saja (keduanya) kok bersatu. Intinya saya tidak suka  Cak Imin koalisi dengan PKS. Idealisme sudah hilang. Apalagi dengar-dengar di 01 ada Wahabi. Ya, sekali lagi ini adalah pilihan," sebutnya.

Menurut Ali, warga di sekitar terpasangnya baliho di Jalan Sukomanunggal menilai kekecewaan pemilih terhadap partai adalah hal yang lumrah. 

"Kalau dia seorang loyalis partai wajarlah kecewa. Sehingga meluapkan kekecewaannya dengan baliho sebagai bentuk kritikan. Apalagi sebelum pendaftaran Capres Cawapres, banyak partai yang sudah mendeklarasikan koalisi dan dukungan terhadap calon presiden, kemudian di menit akhir berubah haluan. Seperti PKB dan Demokrat. Dua-duanya seperti bertukar tempat duduk," jelas Ali. 

Sementara Peneliti Surabaya Survey Center Surokhim Abdusalam menyebut, bisa jadi baliho 'Cak Imin Menang, PKS Senang' adalah bagian dari upaya menumbuhkan kebersamaan.

"Namanya juga partai koalisi. Kalau mengusung Paslon, kalau menang pasti ikut senang. Jadi wajar. Ini wujud kebersamaan. Di permukaan elit mungkin mudah, tapi di level pendukung nampaknya sulit," kata Surokhim.

Namun, kata Surokhim, massa dari PKS jelas beda dengan massa dari PKB. Massa dari PKS jelas patuh terhadap keputusan partai. Sementara massa PKB belum tentu memilih Paslon yang diusung PKB, bahkan bisa beralih dukungan ke Capres Cawapres lain.  

"Di PKB split votersnya, apa yang menjadi pilihan partai belum tentu menjadi pilihan votersnya. Karena, pemilihnya di PKB lebih besar dan lebih dinamis serta lebih cair," pungkasnya.