Faktor utama kekalahan Ganjar-Mahfud bukan pada salah memasangkan Capres-Cawapres, tapi tidak adanya konsolidasi kuat antara Jokowi dan Megawati.
- Warga Antre Beli Sembako Murah hingga Pingsan, Ini Usul Al-Hasanah Foundation kepada Presiden Jokowi
- Rencana Jokowi Sematkan Pangkat Jenderal ke Prabowo, TB Hasanuddin: Dalam TNI Tak Ada Pangkat Kehormatan
- Apakah Prabowo Bakal Disetir Jokowi Jika Jadi Presiden?
Pernyataan itu disampaikan analis politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Dedi Kurnia Syah, terkait ego sentris Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, yang konon menolak memasangkan Prabowo-Ganjar.
Menurutnya, keretakan hubungan antara Jokowi dan Mega jadi biang kerok kekalahan Ganjar-Mahfud. Dan renggangnya hubungan keduanya disebabkan tidak memasangkan Prabowo-Ganjar.
"Kekalahan PDIP tentu karena inkonsolidasi Megawati-Jokowi. Prabowo-Ganjar tanpa ada Jokowi di dalamnya akan jadi mimpi buruk juga bagi PDIP," kata Dedi kepada Kantor Berita Politik RMOL, di Jakarta, Jumat (16/2).
Dia juga menambahkan Jokowi memiliki peran besar dalam percaturan politik di Indonesia, hal itu yang disia-siakan PDIP.
"Jokowi setidaknya punya andil besar, bukan karena ketokohannya, tapi karena kekuasaannya," katanya.
Kekalahan PDIP pada pertarungan Pilpres 2024, tambah dia lagi, hanya sebatas angka, namun PDIP tetap "menang", karena berani bersikap kontradiktif melawan Jokowi.
"Kekalahan PDIP hanya soal angka, dari sisi wibawa politik justru menang, karena berani melawan Jokowi, dan membuktikan sebagai partai mandiri tanpa intervensi tokoh di luar Megawati," tutupnya.
- Satu Lagi Mantan Pejabat Jember Ikut Bersaing Rebut Rekom Bacabup di PDIP
- Eks Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin Bakal Maju Lagi di Pilkada 2024
- Maju Calon Bupati Banyuwangi 2024, Kader Gerindra Daftar Lewat PDIP dan PKB