Perang Ego dan Gangguan Mental pada Masyarakat Kontemporer

Moh Hasan/RMOLJatim
Moh Hasan/RMOLJatim

Setiap orang pasti mengalami senang saat mendapat perhatian yang positif. Terlebih lagi jika perhatian tersebut berasal dari orang terkenal atau orang yang kita sayangi. Namun, perhatian tersebut tidak didapat dengan mudah. Ada peristiwa tertentu yang harus terjadi terlebih dahulu sehingga kita dapat menyebabkan perhatian tersebut.

Dalam kata-kata yang pernah diucapkan oleh motivator terkenal, Dale Carnegie, "Anda bisa dengan mudah menarik perhatian orang lain dengan memberikan perhatian yang tulus kepada mereka."

Dale Carnegie, seorang tokoh yang terkenal dalam pengembangan diri dan komunikasi, adalah seorang penulis dan pembicara ternama dari Amerika Serikat.

Di era media sosial saat ini, sangat umum bagi banyak orang untuk mencari perhatian publik. Ada banyak alasan mengapa seseorang ingin menarik perhatian orang lain, seperti mempromosikan bisnis, memperkenalkan karya, atau memperluas jaringan pertemanan.

Namun, penting bagi kita untuk mencari perhatian dengan cara yang pantas dan tidak merugikan orang lain.

Dalam interaksi sosial sehari-hari, kita pasti pernah bertemu dengan berbagai macam orang, termasuk individu yang gigih dalam upaya menjadi yang terbaik dalam segala hal. Seringkali, mereka menggunakan segala cara untuk mendapatkan perhatian, bahkan jika itu berarti harus mengorbankan sumber daya pribadi mereka.

Ada kemungkinan bahwa keinginan kuat untuk mendapatkan perhatian khusus dan menikmati fasilitas terbaik dapat terkait dengan masalah yang belum terpecahkan sejak masa kanak-kanak. Hal ini dapat terlihat dari perilaku yang terlihat seperti perilaku anak-anak dan sifat provokatif yang kadang-kadang ditunjukkan.

Seseorang yang selalu ingin mendapatkan perhatian, berusaha untuk memamerkan diri atau menjadi yang terbaik dalam segala hal, mencerminkan pepatah "lapar akan perhatian sejak kecil". Meskipun hal ini seringkali dianggap sebagai lelucon, ada makna yang mendalam di balik pepatah tersebut.

Berbagai sumber yang saya gunakan sebagai pijakan untuk artikel ini menyebutkan bahwa dalam konteks ilmu komunikasi, perilaku ini menunjukkan ambisi untuk mendominasi dalam lingkungan kerja.

Individu-individu ini mungkin memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan pribadi mereka, meskipun hal ini dapat berdampak negatif pada hubungan mereka dengan orang lain.

Dalam beberapa kasus, obsesi untuk mendominasi atau merasa lebih unggul dapat berkembang menjadi masalah kesehatan mental tertentu, seperti gangguan kepribadian.

Menurut data yang dipublikasikan oleh American Psychiatric Association, orang yang sangat membutuhkan perhatian cenderung mengalami gangguan kepribadian histrioinik atau yang lebih dikenal sebagai Histrionic Personality Disorder (HPD).

Seseorang dengan gejala HPD memiliki kecenderungan egois dan merasa harus menjadi pusat perhatian setiap kelompok.

Tanpa perhatian, mereka merasa tidak nyaman, dan sering mengalami kesulitan jika fokus publik ternyata tidak pada mereka. Mereka cenderung melakukan tindakan provokatif untuk menarik perhatian orang lain.

Tidak hanya dari sudut pandang medis, bahkan ulama sufi berpendapat bahwa keinginan terus-menerus untuk dihormati dan merasa lebih unggul adalah gangguan mental, seperti yang dijelaskan oleh Imam al-Ghazali, seorang filsuf Islam terkenal. Al-Ghazali menyebutkan dalam salah satu karyanya, "Al-Arba'in fi Ushul ad-Din" bahwa perilaku ini dianggap sebagai akhlak yang buruk, baik bagi yang memberikan pujian maupun yang menerimanya.

Al-Ghazali juga mengisahkan tentang saat seseorang memuji temannya di depan Rasulullah Muhammad SAW. Rasulullah bersabda, "Celakalah kamu. Kamu telah memotong leher temanmu." Hal ini menunjukkan betapa bahayanya keinginan untuk dipuji sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan.

Di masa lalu, meskipun para ilmuwan dan cendekiawan telah menghasilkan banyak karya dan pengetahuan yang berharga. Namun, mereka tidak berlomba-lomba mencari pengakuan, mereka tidak mencari pujian. Mereka menyadari bahwa pujian dan kehidupan mewah sering kali tidak memberikan manfaat yang nyata.

Namun, pandangan tersebut tampaknya berbeda dengan fenomena yang sering kita temui saat ini. Ada banyak orang di tengah masyarakat yang, meskipun belum banyak karya dan belum memberikan dampak signifikan pada kemajuan masyarakat, tapi sangat gencar menginginkan pengakuan dan penghormatan. Ihwal fenomena sosial seperti ini, mungkin ada benarnya jika seseorang berkata kepada mereka, "Masa kecil kurang bahagia."

Di sisi lain, realitas menunjukkan bahwa individu yang selalu berupaya mendapatkan perhatian dan pelayanan spesial dapat merusak ikatan sosial dalam sekelompok atau organisasi.

Penghasutan serta pemunculan konflik dapat menyebabkan rasa tegang dan kecurigaan di antara anggota tim atau kolega. Hal ini dapat menghalangi kerjasama, kolaborasi dan upaya mencapai tujuan bersama.

Namun, setiap individu sebenarnya dapat menghindari konflik kepentingan yang merusak ikatan sosial, memicu konflik, dan menghambat kerjasama. Untuk melakukannya,  perlu menghadirkan kesadaran akan dampak negatif dari perilaku yang berlebihan dalam mencari perhatian.

Setiap orang perlu mendorong individu untuk fokus pada pencapaian yang substansial dan sejalan dengan tujuan dalam menjalin hubungan yang sehat dalam masyarakat.