Dana BOS Bikin Gemoy Bukan Cerdas 

Noviyanto Aji/RMOLJatim
Noviyanto Aji/RMOLJatim

SEPERTINYA anak Indonesia akan dibuat gemoy ketimbang cerdas. Terungkap anggaran progra. makam siang gratis yang digembor-gemborkan pasangan Capres Cawapres Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, diambilkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Ini sebagaimana dikatakan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat simulasi program makan siang gratis di SMP Negeri 2 Curug, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (29/2). 

Bukan soal makan siangnya atau mu yang disimulasikan atau harga makanya yang dipertanyakan banyak pihak. Melainkan sumber anggarannya yang diambil dari dana BOS.  

Rencana penggunaan dana BOS untuk program makan siang senilai Rp 15.000 per anak, sangat tidak lazim. Dampaknya besar. Terutama bagi gaji guru honorer yang selama ini mengandalkan dari dana BOS. 

Taruhlah biaya per anak untuk makan siang Rp 15.000 dikalikan 30 hari, berarti biaya yang dikeluarkan Rp 450.000. Dan bila dihitung jumlah keseluruhan siswa sekolah baik di negeri maupun swasta sesuai data Dinas Pendidikan Kota Surabaya dengan total 233.814, maka hasilnya Rp 105.216.300.000. Ini masih wilayah Surabaya dan hanya terdata untuk sekolahan dasar. Belum SMP. Dan belum terhitung sekolah seluruh Indonesia. 

Sementara besaran Dana BOS setiap tahun hanya berkisar Rp 51 triliun. Dana tersebut terdiri dari BOS reguler, BOS afirmasi, dan BOS PAUD. Selama ini Dana BOS diperuntukkan membantu belanja operasional 217 ribu sekolah di seluruh Indonesia. 

Jadi sangat tidak mungkin anggaran program makan siang gratis diambilkan dari dana program BOS. Mungkin pemerintah sedang bercanda? Atau pemerintah memang ngawur.  

Ini semua masih bicara soal makan siang saja. Belum susu gratis yang sudah dijanjikan itu. 

Dana BOS yang seharusnya digunakan untuk biaya operasional sekolah seperti gaji guru terutama guru honorer dan karyawan, kemudian untuk kebutuhan belajar mengajar seperti buku dan alat tulis, serta keperluan lainnya seperti biaya listrik, air, dan perawatan gedung sekolah, pastinya akan tekor gara-gara program makan siang gratis. 

Yang ada justru kualitas pendidikan  akan menurun. Bukannya mencerdaskan bangsa melainkan mengkenyangkan bangsa. Menjadi gemoy seperti gambar karikatur Prabowo-Gibran. 

Kalau memang sumber program makan siang gratis dari dana BOS, maka dananya harus ditingkatkan hingga 1000 persen atau semua itu akan sia-sia.

Seharusnya pemerintah sebelum melakukan simulasi program makan siang gratis dari dana BOS, setidaknya melakukan studi kelayakan di berbagai sekolah di Indonesia. Ini agar program makan siang gratis sesuai dengan tujuan awal dan tepat sasaran. 

Program makan siang dan susu gratis ini sejatinya membuka celah terjadinya korupsi, kolusi, nepotisme (KKN). Salah satunya yang disorot saat pengadaan barang, bukan tidak mungkin dilakukan secara tidak adil. 

Para pihak yang terlibat dalam rantai pengadaan malam siang berpotensi melakukan korupsi. KKN antara lembaga pemerintah yang memegang wewenang anggaran dengan suplier-suplier yang akan mengadakan barang, sangat mungkin terjadi.

Yang dikhawatirkan program ini nantinya hanya dinikmati oleh suplier seperti katering atau jasa makanan minuman yang punya kedekatan dengan pemerintah pusat.

Wartawan Kantor Berita RMOLJatim