Patriakis Budaya Casanova: Kekuasaan, Tahta, dan Wanita

Moh. Hasan
Moh. Hasan

BANYAK orang, terutama kaum pria, pasti sudah akrab dengan nama Casanova, atau dengan nama lengkapnya, Giovanni Jacopo Casanova. Ia adalah seorang petualang, penulis, dan penjelajah terkenal asal Italia abad ke-18 yang memiliki kehidupan romantis yang berliku-liku.

Casanova lahir pada tahun 1725 di Venesia, Italia. Ia tumbuh menjadi seorang lelaki yang cerdas dan berbakat, mampu berbicara dalam beberapa bahasa dan memiliki keahlian di bidang musik. Namun, ia juga terkenal sebagai seorang playboy yang terobsesi dengan asmara dan seks.

Sepanjang hidupnya, Casanova menjalani berbagai petualangan romantis di berbagai kota di Eropa. Dengan kecerdasan dan pesonanya, ia mampu menggoda wanita kaya dan terkenal. Selain itu, ia juga terkenal karena kemampuannya dalam menghindari hukuman atas perbuatan-perbuatannya yang nakal.

Namun, kehidupan Casanova juga penuh dengan rintangan. Ia beberapa kali ditangkap dan dipenjara karena tuduhan ilegal, penipuan, dan bahkan menyamar sebagai imam. Namun, ia selalu berhasil meloloskan diri atau mendapatkan pengampunan.

Selain reputasinya sebagai pria penakluk hati wanita, Casanova juga dikenal sebagai seorang penulis memoar yang terkenal dengan judul "Histoire de ma vie" atau "Kisah Hidupku". Dalam memoarnya, ia memberikan gambaran yang sangat rinci tentang kehidupan sosial dan budaya pada masa itu.

Meskipun Casanova terkenal karena kehidupan romantisnya yang berliku-liku, ia juga merupakan seorang intelektual yang cerdas dan berpengaruh. Ia memiliki pemahaman yang mendalam tentang politik, sastra, dan filsafat.

Kisah kehidupan Casanova telah menginspirasi banyak karya seni dan sastra, termasuk film, novel, dan drama. Ia dianggap sebagai salah satu tokoh yang paling menarik dan misterius dalam sejarah.

Budaya ala Casanova dalam peristiwa berbeda pernah saya dengar melalui cerita seorang teman dari sahabat saya yang seorang pedagang jajanan gorengan. Sahabat saya bercerita berdasarkan pengalaman temannya di daerah yang dikenal sebagai Kota Seribu Parkir.

Cerita berawal dari seorang biduanita pemula yang mengikuti jejak seorang penyanyi senior di kota Seribu Parkir. Meskipun memiliki sedikit jaringan dalam dunia musik dangdut, biduanita tersebut sangat beruntung karena diterima di kelompok musik dangdut paling sohor, yang dipimpin oleh penyanyi senior tersebut.

Namun, di balik pemberian job manggung yang melimpah, biduanita pemula tersebut menyadari bahwa ada maksud terselubung di baliknya. Penyanyi senior tersebut seringkali mengajaknya menginap di hotel, dengan ajakan tersebut berkali-kali ditolak oleh biduanita karena dia sudah memiliki pasangan. Tapi seperti tak mau lelah, si penyanyi senior terus membujuk walau akhirnya tetap ditolak.

Meskipun mendapatkan kesempatan kerja yang menggiurkan, biduanita tetap teguh dengan prinsipnya. Baginya, tidak sebanding jika harus membayar dengan kehilangan kehormatan dan integritas seorang wanita. Dia menyadari bahwa tidak semua kesempatan kerja harus diperoleh dengan cara yang tidak baik.

Kenyataannya, masih banyak pria yang saat ini masih memegang pandangan bahwa wanita hanya merupakan objek seksual, sebagai alat penukar apresiasi atas keberhasilan pria dalam mencapai kekayaan dan kekuasaan.

Namun, pandangan budaya primitif ini hanya terdapat pada mereka yang belum sepenuhnya mengalami proses evolusi menjadi manusia seutuhnya. Dalam konteks ini, dapat meminjam istilah yang diperkenalkan oleh Sujiwo Tejo, yaitu "SOBIMAN" yang mengacu pada golongan primitif tersebut, sebagai sosok binatang manusia.

Tradisi memposisikan perempuan sebagai objek seksual merupakan warisan dari peradaban yang bersifat patriarkis. Dalam kehidupan patriarkis, perempuan seringkali ditempatkan dalam posisi yang lemah dan diobjektifikasi sebagai pemuas keinginan seksual dalam sistem sosial. Sayangnya, praktik seperti ini masih terjadi dalam dunia kerja pada zaman modern ini, dan dilakukan oleh kelompok pria yang memiliki DNA SOBIMAN.

Mengutip kata-kata dari teman saya yang seorang penjual gorengan, setiap entitas memiliki sifatnya masing-masing, baik itu Tuhan, malaikat, nabi, manusia, iblis, dan lainnya. Hal yang sama berlaku bagi seorang teman. Menurut Al-Quran, sifat seorang teman yang baik dinyatakan dalam Surah Al-Asr, ayat 3 yang berbunyi, "Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, saling berpesan dengan kebenaran dan saling berpesan dengan kesabaran."

Dengan memegang teguh ajaran Al-Quran, dapat disimpulkan bahwa sifat seorang teman yang baik adalah mereka yang berlandaskan pada iman, selalu mengingatkan untuk tetap berada pada jalan yang benar sesuai dengan ajaran agama, dan bersabar dalam menolak godaan dan penyesatan yang dapat menyebabkan perbuatan dosa. 

Terutama ketika berkaitan dengan wanita, yang secara umum dianggap sebagai kaum yang rentan. Sebagai teman pria, seharusnya memberikan perlindungan dan menghormati kaum perempuan, bukan memperdaya mereka dengan janji-janji yang tidak halal untuk memuaskan nafsu birahi.

Perlu diketahui bahwa segala hal yang bersifat merusak pada hakikatnya adalah manifestasi dari esensi setan. Karena tugas utama setan adalah menghasut dan membujuk manusia ke dalam jurang kesesatan yang bertentangan dengan sifat-sifat Allah.

*Penulis wartawan Kantor Berita RMOLJatim


ikuti update rmoljatim di google news