Itu Bukan Carok

Moh. Hasan bersama PJ Bupati Bangkalan, Arief Moleya Edie/RMOLJatim
Moh. Hasan bersama PJ Bupati Bangkalan, Arief Moleya Edie/RMOLJatim

SUASANA malam di Desa Bumi Anyar, Kecamatan Tanjung Bumi begitu mencekam, terdengar suara teriakan marah dan dentingan senjata tajam beradu saling memapas. Perkelahian sengit antara dua orang melawan empat orang terjadi pada Jumat malam, dan tragisnya, nyawa empat orang pun melayang.

Kejadian berdarah ini terekam dalam sebuah video yang diambil oleh seorang warga. Dalam hitungan menit, rekaman tersebut menyebar dengan cepat melalui berbagai platform media sosial. Namun, di balik keganasan peristiwa ini, ada harapan untuk membangun kembali Bangkalan.

Peristiwa perkelahian bersenjata tajam ini menjadi sorotan media massa di Bangkalan. Wartawan dari berbagai media cetak, televisi, dan online dengan antusias memusatkan perhatian mereka untuk meliput dan memberitakan perkembangan peristiwa ini. Namun, terdapat perdebatan mengenai penggunaan istilah "carok" dalam judul berita, yang mencerminkan keganasan perkelahian tersebut.

Peristiwa ini segera mengisi ruang pemberitaan dan menjadi perbincangan hangat dalam beberapa hari terakhir. Tidak hanya menjadi topik di media massa, tetapi juga menjadi perbincangan di dunia maya. Kabar tentang insiden ini menjadi topik yang ramai diperbincangkan oleh netizen.

Empat hari setelah perkelahian itu terjadi, Kantor Berita RMOLJatim mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai Penjabat (Pj) Bupati Bangkalan, Arief Moleya Edie, Senin (15/1).

Sore, sekitar pukul 14.51 WIB, kami dihubungi oleh Kabag Protokol, Erwin, untuk segera menuju kantor Pj. Arief.

Erwin mengagendakan bahwa wawancara dapat dilakukan sekarang juga. Kendati jadwal Pj Bupati padat, tapi tetap meluangkan waktu untuk wawancara. Padahal kami sempat meminta untuk menjadwalkan ulang pertemuan tersebut.

Sejak pagi, Pj Bupati telah menghadiri rapat bersama Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Jawa Timur dan acara audiensi dengan investor untuk membahas akomodasi angkutan umum Trans Jatim. Meski lelah, semangat Pj Bupati dalam menjalankan tugasnya tetap terpancar. 

Sebelum memulai sesi wawancara, Pj Bupati bercerita bahwa baru saja ia merombak tata letak beberapa kursi dan meja kerja di ruang kerjanya. Ia ingin menciptakan suasana yang lebih nyaman dan menyegarkan bagi dirinya dan timnya.

Dalam wawancara tersebut, Pj Bupati menyoroti penggunaan istilah "carok" dan menjelaskan bahwa istilah tersebut tidak relevan lagi di zaman sekarang. Menurutnya, yang terjadi adalah perkelahian bersenjata tajam, sebuah bentrokan yang juga sering terjadi di daerah lain.

Pj Bupati juga menyesalkan penggunaan istilah "carok" oleh masyarakat dan media massa. Menurutnya, penting bagi semua pihak untuk memahami tradisi carok di Madura. Namun, ia menegaskan bahwa carok hanya digunakan untuk menyelesaikan urusan pribadi dan tidak melibatkan orang lain.

"Aduh, kejadian kemarin saya bilang itu bukan carok. Itu adalah perkelahian, yang menggunakan celurit. Jadi jangan terus semuanya ditulis carok. Saya minta teman-teman media juga mengerti dan warga mengerti. Carok menurut buku-buku dan sejarah yang saya baca, dan para sesepuh, carok itu sesuatu yang sangat sakral," ujar Pj Bupati Arief.

"Tawuran di Jakarta itu juga menggunakan senjata tajam. Orang tidak bilang itu carok. Di Madura tolong teman itu juga jangan mengistilahkan itu dengan carok," imbuhnya.

Arief meminta kepada semua masyarakat untuk tidak menggunakan istilah carok pada semua peristiwa perkelahian bersenjata tajam. Ia juga meminta semua pihak untuk tidak terus-menerus memberitakan peristiwa kekerasan yang berakibat kematian. 

Menurutnya, hal ini sangat berdampak buruk terhadap citra Bangkalan dan Madura, serta menjadi kendala bagi investor yang berencana menanamkan bisnisnya di Bangkalan.

"Ini yang saya minta kepada seluruh masyarakat. Cukup ini yang terakhir. Karena apa, orang akan takut datang ke Madura. Kalau orang datang takut ke Madura, apalagi itu Bangkalan. Mau kemana lagi kita," keluhnya.

Pj Bupati berharap agar sengketa atau pertikaian tidak lagi diselesaikan dengan menggunakan senjata tajam. Ia meminta kepada masyarakat dapat menyelesaikan perselisihan dengan mengikuti hukum pidana negara. Ia juga mengajak masyarakat untuk tidak menggunakan kekerasan dan berdemonstrasi dalam menyampaikan aspirasi, melainkan lebih baik berdiskusi dengan baik.

Dalam kesempatan wawancara ini, Pj. Bupati juga berbicara tentang upaya membangun Bangkalan. Ia merasa bangga dengan perkembangan Bangkalan yang meningkat. Bangkalan adalah bagian dari Provinsi Jawa Timur dan merupakan salah satu pendukung utama ibu kota provinsi. Ia berharap agar Bangkalan terus maju dan setara dengan daerah lain di Jawa Timur.

Pj. Bupati juga mengungkapkan perannya dalam membangun kota, termasuk melibatkan pedagang kaki lima (PKL) dalam memperbaiki kawasan di sekitar stadion dan rumah sakit. Bertujuan ingin menciptakan kota yang lebih baik melalui kolaborasi dengan masyarakat.

Wawancara dengan Pj. Bupati Bangkalan ditutup dengan meneguk secangkir teh yang sudah dihidangkan sejak tadi. Ketika kami keluar kantor Pemda Bangkalan. Tampak pemandangan senja. Matahari sudah berada di tepi barat, mewarnai langit dengan nuansa kuning keemasan.

Penulis wartawan Kantor Berita RMOLJatim