Presiden Joko Widodo mengenalkan tujuh Staf Khusus Presiden yang baru. Ketujuhnya adalah milenial, berusia 23 sampai 36 tahun. Bahkan di antara mereka masih ada yang kuliah.
- Kampanyekan Anaknya saat Operasi Pasar Murah, Zulhas Bisa Dikategorikan Abuse of Power
- Rayakan HUT ke-20 Partai Demokrat, SBY Doakan Pandemi Bisa Segera Diatasi Para Pemimpin
- 3 Penyakit Politik yang Harus Diwaspadai Jelang Pemilu 2024
Jokowi menyebut Stafsus Presiden tidak harus tiap hari ngantor di Istana.
"Tidak full time," terang Jokowi saat mengenalkan para stafsusnya, di Beranda Istana Merdeka, Jakarta, Kamis petang (21/11).
Menurut Jokowi, para stafsus ini sudah memiliki kegiatan dan pekerjaan. Di antaranya ada yang menjadi CEO dan founder, hingga aktivis sosial dan pendidikan. Sehingga mereka tak harus selalu ada di istana.
"Ya bisa nanti mingguan, tidak harus ketemu. Tapi minimal satu dua minggu pasti ketemu, tapi enggak harus harian," terang Jokowi.
Meski tidak harus tiap hari ngantor, Jokowi mengatakan yang penting mereka bisa memberikan masukan tiap saat kepada Presiden.
"Tapi bahwa masukan tiap jam, menit bisa saja. (Ada target) saya ingin ada inovasi-inovasi, gagasan-gagasan, ide-ide, terobosan-terobosan baru sehingga memudahkan kita dalam mengelola negara ini. Goalnya ke sana," pungkas Jokowi, dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL.
Berikut tujuh Stafsus Presiden yang diperkenalkan Jokowi:
1. Adamas Belva Syah Devara (29) - founder dan CEO Ruang Guru
2. Putri Tanjung (23) - founder dan CEO Creativepreneur
3. Andi Taufan Garuda Putra (32) - founder dan CEO Amartha
4. Ayu Kartika Dewi (36) - pendiri Gerakan SabangMerauke
5. Gracia Billy Mambrasar (31) - pendiri Yayasan Kitong Bisa, Duta Pembangunan Berkelanjutan Indonesia
6. Angkie Yudistia (32) - pendiri Thisable Enterprise, kader PKPI
7. Aminuddin Maruf (33) - aktivis kepemudaan mahasiswa, mantan Ketua Umum PMII. [mkd]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- PPP Jombang Panasi Mesin Politik Gelorakan Sayap Partai
- Fenomena Pilpres Satu Putaran, Masyarakat Lelah dengan Kegaduhan Politik
- Pegiat Medsos Prihati Utami: Ucapan Gibran Tak Seindah di Lapangan