Sosok Airlangga Hartarto merupakan figur pemimpin unggul sehingga layak melanjutkan kepemimpinannya di Partai Golkar pada Munas mendatang. Hal itu bila dilihat dari segi epigrafis, historis, maupun kosmopolis.
- Anies Baswedan Harus Bisa Bawa Partai Pemilik Suara 13 Persen Berlaga di Pilpres 2024
- Komunikasi Buruk, Pakar Nilai Larangan Mudik 2021 Telah Gagal
- Hidayat Nur Wahid Pertanyakan Sikap Pramono Anung Tak Tegur Jokowi
Menurut Purwadi, Airlangga dianggap paling tepat menakhodai Golkar yang sedang berupaya bangkit dari berbagai himpitan persoalan untuk kembali menjadi nomor satu di tanah air.
Dari segi epigrafis, Purwadi melihat bahwa nama Menteri Perindustrian itu diambil dari nama raja Kerajaan Kahuripan yang hidup pada abad ke-11 Masehi.
Saat itu Raja Airlangga dinilai berhasil menghidupkan kembali kejayaan kerajaan Medang yang dipimpin keluarganya (wangsa Isyana) dalam kerajaan baru yang bernama Kahuripan.
"Airlangga itu artinya air yang melompat. Kerajaannya bernama Kahuripan yang artinya kehidupan. Air itu mengalir, melompati bebatuan dan tanah, dan menghidupi tumbuhan di sekitarnya, khususnya pohon besar beringin. Ini kaitan makna yang baik,†kata penasehat budaya Keraton Surakarta ini.
Dari segi historis, Airlangga dinilai sebagai pemimpin yang dilahirkan oleh generasi pemimpin besar sebelumnya. Menurut penelusuran Purwadi, leluhur Airlangga Hartarto dari pihak ayah (Ir. Hartarto Sastrosoenarto) merupakan para pendiri area Delanggu di pinggiran Surakarta. Silsilah Ir. Hartarto tersambung dengan Pakubuwono I dan Amangkurat II.
"Bahkan, melalui salah satu rantai silsilah yang bermigrasi ke Surabaya, Airlangga Hartarto masih terhitung keturunan Pangeran Pekik,†lanjut Purwadi.
Karena memiliki leluhur raja-raja dan tokoh besar Jawa, Purwadi yakin bahwa Airlangga mewarisi gen pemimpin yang kuat. Bukan tidak mungkin, Airlangga juga membawa ‘wahyu keprabon’ (wahyu kepemimpinan) sehingga karir kepemimpinannya tidak hanya mentok pada posisi puncak di partai Golkar, tapi juga melesat hingga jadi pemimpin besar yang menakhodai pemerintahan di negeri ini.
"Masyarakat Jawa sangat percaya dengan mitos bahwa seorang pemimpin besar itu lahir dari keturunan pemimpin-pemimpin besar di masa lalu. Ada ’wahyu keprabon’ yang dibawa dari generasi ke generasi,†tambahnya.
Lebih lanjut, dari segi kosmopolis, Purwadi menjelaskan bahwa kakek buyut Airlangga Hartarto dari tlatah Delanggu Surakarta banyak yang menjadi pujangga. Sebut saja, misalnya, Ronggowarsito dan Yosodipuro.
Budaya literasi di masa kejayaan Keraton Surakarta tumbuh dengan subur, terhitung dengan banyaknya karya sastra yang dihasilkan. Karena itu, Airlangga diyakini merupakan sosok yang membawa budaya literasi sedari belia. Keluarga Airlangga terbiasa dengan kegiatan intelektual sehingga menempa sosok Airlangga menjadi politisi dan profesional yang berkarakter cerdik cendekia.
"Golkar itu erat kaitannya dengan kaum cerdik cendikia. Di masa lalu organisasi ini banyak melahirkan pemikiran unggul untuk bangsa. Dari perspektif budaya, keunggulan organisasi seperti ini dipicu oleh kepemimpinan cerdik cendekia dan tradisi olah gagasan di dalamnya. Sebaliknya, Golkar akan runtuh jika dipimpin sosok politisi an sich yang kasar dan preman,†tandas Purwadi.[aji
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Penusukan Syekh Ali Jaber, Habib Rizieq Minta Umat Hati-hati Motif Kuat Dugaan Skenario Neo PKI
- Mahasiswa di-DO Karena Demo Rektor, DPR Angkat Bicara
- PA 212 Akan Berpikir Seribu Kali Dukung Prabowo di Pilpres 2024