Pembakaran bendera PDI Perjuangan bisa dihindari seandainya Prabowo Subianto yang kini menjadi Menteri Pertahanan punya ruang yang besar untuk menampung aspirasi para simpatisannya.
- Gerindra Resmi Usung Karna-Khoirani Di Pilkada Situbondo, Gus Sadad: Kita Berjuang Bersama
- Sinyal Ridwan Kamil Masuk Golkar Menguat, Peluangnya di Level Nasional Tetap Kecil
- Rencana Kemendagri Buat E-KTP Untuk Transgender Mengarah Ke Legalitas LGBT
Dikatakan analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun, aksi penolakan terhadap RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) pada Rabu (24/6) kemarin yang dilakukan Aliansi Nasional Anti Komunisme (ANAK) NKRI, masih memiliki korelasi dengan Prabowo.
Ubedilah mengurai bahwa massa yang tergabung dalam ANAK NKRI merupakan anggota dari berbagai organisasi masyarakat (ormas) Islam seperti FPI, PA 212, dan GNPF-Ulama. Di mana pada Pilpres 2019 lalu, kelompok ini adalah pendukung Prabowo Subianto.
“Kini, massa aksi tersebut tidak ada korelasi langsung dengan Prabowo, sebab Prabowo saat ini menjadi bagian utama dari pemerintahan. Namun demikian mereka adalah simpatisan Prabowo," jelas Ubedilah dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (26/6).
Karena itu Ubedilah menilai pembakaran bendera PDIP bisa dihindari jika mantan Danjen Kopassus itu bisa terus hadir di tengah para pendukungnya yang kini berjuang menjaga Pancasila.
"Pada konteks simpatisan itulah ada ruang yang mungkin bagi Prabowo untuk menerima aspirasi dan ide mereka. Bahkan mungkin Prabowo masih ada ruang untuk mengendalikan mereka," terang Ubedilah.
Namun demikian, sambung Ubedilah, di saat rakyat khususnya simpatisannya membutuhkan, Prabowo sedang tidak berada di Indonesia, melainkan tengah berkunjung ke Rusia.
"Tetapi saat demonstrasi berlangsung, Prabowo rupanya tidak ada kontak dengan mereka," pungkas Ubedilah.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Ingin Gali Kepribadian Brigadir J, Febri Diansyah Dicibir
- Penentuan Capres-Cawapres KIB Diprediksi Sangat Rumit
- Bahas Target Ekonomi 8 Persen, Rizki Sadig Soroti Kesenjangan Digital dan Nasib Petani Gurem