Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Muhammad Romahurmuziy (Romy) menduga statemen Presiden Joko Widodo tentang politik Genderuwo itu ditujukan untuk lawan politik yang sering menebar ketakutan menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Bahkan Romy menuding pola serangan tersebut mirip dengan kampanye Donald Trump saat Pilpres.
- Maidi Masih Bimbang Tentukan Calon Wakil Walikota Madiun di Pilkada 2024
- Usulkan JK Selesaikan Masalah Papua, PKS: Harusnya Pak Jokowi Turun Gunung Sendiri
- Jokowi Minta Pemilu 2024 Sportif, Demokrat Minta Jangan Ada Lagi Upaya Tunda Pemilu
Romy lantas mencontohkan statemen yang pernah dilontarkan oleh lawan Jokowi, Prabowo Subianto yang menyebut Indonesia akan bubar pada tahun 2030. Menurut dia, pernyataan Prabowo tersebut merupakan bentuk propaganda untuk menebar ketakutan di masyarakat.
"Yang dilakukan adalah dua membangun ketakutan kemudian Indonesia akan bubar itu kan menakut nakuti," ungkap Romy.
Romy menambahkan, strategi lain yang dipakai lawan politik adalah dengan memberikan kabar kabar bohong. Romy menyebut salah satu kasus yang cukup menyita perhatian publik yakni hoak aktivis Ratna Sarumpaet.
"Kemarin bilang Ratna Sarumpaet dipukulin kan tidak bener. Kemudian katanya mobil Neno Warisman dibakar orang nyatanya cuma korsleting," tegasnya.
Oleh karenanya, Romy meminta agar pihak oposisi berhenti menebar kebohongan dan ketakutan kepada masyarakat. Pasalnya, rakyat Indonesia tidak akan berhasil dipengaruhi dengan strategi tersebut.
"Kemudian menyatakan tempe setipis ATM dan saya tadi makan di depot anda makan tempe ternyata kenyang. Saya kira hal hal seperti ini harus dihentikan karena rakyat Indonesia sudah cerdas," tutupnya.[aji
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Tali Bendera Putus, Gibran: Yang Penting Tetap Semangat
- Petisi Dukung Ubedilah Badrun Mendapat Ribuan Tandatangan
- Kunjungi Ponpes Gontor, Ini Nasihat Kiai Hasan Abdullah Ke Ahmad Muzani