Bahas SNI bersama Badan Pangan nasional, PT JGU siapkan produksi beras Fortifikasi

foto/RMOLJatim
foto/RMOLJatim

Tingginya angka anemia dan stunting masih menjadi tantangan serius di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar menunjukkan bahwa sekitar 1 dari 3 anak balita mengalami stunting, sementara lebih dari 48% remaja putri mengalami anemia. Kondisi ini diperparah oleh kurangnya akses masyarakat terhadap pangan bergizi.


Menjawab tantangan tersebut, PT Jatim Grha Utama (JGU) bergerak cepat dengan menyiapkan lini produksi beras fortifikasi—beras yang diperkaya vitamin dan mineral penting. 

Dalam forum pembahasan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Kernel Beras Fortifikan yang digelar Badan Pangan Nasional di Jakarta, Direktur Utama PT JGU, Mirza Muttaqien, menegaskan pentingnya standarisasi nasional agar produk ini bisa digunakan secara luas dan efektif.

“Dengan konsumsi beras yang sangat tinggi di Indonesia, fortifikasi beras adalah solusi gizi paling masuk akal. Tapi kita perlu standar yang jelas agar produk ini bisa diterima dan diproduksi secara berkelanjutan,” ujar Mirza, Rabu (21/05/25).

"Indonesia butuh pendekatan yang sistematis dan realistis untuk mengatasi anemia dan stunting. Fortifikasi beras adalah jawaban paling strategis saat ini,” lanjut Mirza.

Dalam Forum yang dihadiri juga oleh perwakilan dari World Bank, WFP, Nutrition International, BSN, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, BPOM, BULOG, dan Food Station, PT JGU kata Mirza daat ini  tengah menyiapkan fasilitas produksi beras fortifikasi di Jawa Timur, sebagai bagian dari upaya menciptakan sistem pangan yang lebih sehat, terjangkau, dan inklusif.

"Dengan dukungan standar nasional yang kuat dan kemitraan lintas sektor, JGU optimistis beras fortifikasi akan menjadi bagian penting dari transformasi gizi masyarakat Indonesia, tegasnya.

"Beras sebagai makanan pokok lebih dari 90% masyarakat, fortifikasi adalah jalan tercepat dan terluas untuk meningkatkan kualitas gizi keluarga Indonesia,” tambah Mirza.

Dikatakan Mirza langkah ini diambil JGU sebagai wujud Jatim khususnya JGU mendukung sejumlah agenda nasional.

"Ini wujud kita dalam implementasi mendukung Perpres No. 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, RPJMN 2020–2024 yang menekankan ketahanan pangan bergizi serta Strategi Nasional Gizi yang mendorong diversifikasi dan fortifikasi pangan lokal," pungkasnya.

Sekedar diketahui,  Beras fortifikasi adalah beras yang dicampur 1% kernel khusus yang mengandung mikronutrien penting yakni, vitamin A, B kompleks (B1, B3, B6, B9, B12), zat besi, dan zinc. 

Kandungan ini dirancang untuk mencegah anemia, mendukung pertumbuhan anak, dan menjaga kesehatan ibu hamil serta remaja putri.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan World Food Programme (WFP) juga telah merekomendasikan fortifikasi pangan sebagai cara paling efisien dan terjangkau untuk menekan kekurangan zat gizi mikro—penyebab utama stunting dan berbagai gangguan kesehatan kronis.

Dan yang terpenting, beras fortifikasi tidak mengubah cara masak dan tetap terasa seperti beras biasa. 

ikuti terus update berita rmoljatim di google news