Banjir Tol Ngawi-Kertosono Memalukan Dunia Konstruksi

Jalan tol merupakan jalan bebas hambatan dan tidak boleh ada pertemuan jalan sebidang. Makanya, sangat mengherankan jika ruas tol Ngawi-Kertosono bisa terjadi banjir setinggi satu meter di KM 603 sampai dengan KM 604.


Menurutnya, dari sisi engineering (konstruksi), semua aspek rekayasa teknis jalan tol harus terpenuhi standarisasinya. Sebab spesifikasi teknis jalan tol dirancang berbeda dengan jalan umum biasa.

"Rumusan tentang standarisasi teknis jalan tol berlaku umum di negara manapun, tak terkecuali Indonesia," kata Suhendra.

Karena itu banjirnya ruas tol Ngawi-Kertosono, kata Suhendera, patut dipertanyakan.

Sangat disayangkan ya, terjadi banjir setinggi 1 meter di ruas tol Ngawi-Kertosono," ujarnya.

Padahal, lanjut Suhendra, sejak Desember 2018 lalu ketika ambrolnya dinding penahan tol di Boyolali, Jawa Tengah, pihaknya sudah mengingatkan pemerintah agar Tol Trans Jawa ini dilakukan audit investigatif secara menyeluruh.

"(Investigasi) ini penting demi keselamatan, keamanan, kenyamanan pengguna jalan tol. Karena mereka telah membayar tarif tol, tentu harus mendapatkan hak-hak di atas keselamatan, keamanan dan kenyamanan sebagai konsumen jalan tol," terangnya yang juga Jurubicara Badan Pemenangan Nasional (BPN).

Ia meyakini terjadi kesalahan teknis dan non teknis sehingga terjadinya banjir setinggi 1 meter di jalan tol Caruban-Madiun tersebut. Sebab jika ditilik dari sisi teknis, jalan tol memiliki spesifikasi tinggi tidak boleh terjadi genangan air apalagi sampai banjir.

"Ini pasti ada yang keliru, juga memalukan ya. Karena dengan kecanggihan teknologi dan informasi, negara lain dapat saksikan terjadi banjir di Jalan Tol Trans Jawa yang dibangga-banggakan pemerintah sebagai keberhasilan program politik pemerintah," kritik Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat periode 2014-2018 ini.

Suhendra pun membandingkan dengan kondisi jalan tol dan tarif di Malaysia.

"Saya minggu lalu baru saja ke Malaysia, survei kondisi jalan tol dan tarif di sana. Jujur harus saya sampaikan, kita harus malu kepada Malaysia yang sekarang lebih maju dan berhasil dalam membangun jalan tol," ujarnya.

Kejadian banjir jalan tol Madiun dinilainya sangat memalukan mengingat puluhan tahun lalu Malaysia belajar dari Indonesia, pada saat pembangunan tol Jagorawi.

Hal lain yang juga diperolehnya selama survei di Malaysia menyangkut tarif tol. Dari empat ruas tol yakni ruas tol Kuala Lumpur-bandara KLIA, Kuala Lumpur-Malaka, Kuala Lumpur-Johor Bahru, Kuala Lumpur-arah Pahang/Genting Highland ternyata tarifnya jauh lebih murah dibanding tol di Indonesia.

"Kondisi standar teknis dan non teknis jalan tol mereka juga jauh lebih baik," imbuh Suhendra.

Dengan kejadian banjir di jalan tol Caruban-Madiun, Suhendra mengingatkan, justru ke depan pemerintah seharusnya lebih berhati-hati dalam membangun infrastruktur, khususnya jalan tol.

"Jangan hanya sekadar mengejar kecepatan penyelesaian konstruksi semata demi pencitraan, tapi harus benar-benar mempertimbangkan seluruh aspek teknis dan non teknis infrastruktur tol tersebut," tegasnya.[aji

ikuti terus update berita rmoljatim di google news